Selasa, 24 Juli 2012

SEKOLAH EFEKTIF


            Dewasa ini boleh dikatakan bahwa masyarakat semakin merindukan keberadaan sekolah yang benar-benar memiliki kinerja tinggi, mampu mengembangkan kemampuan anak berprestasi tinggi dan berkepribadian baik, di dalamnya para guru dan pegawai bekerja dengan senang hati dan memiliki kepuasan kerja. Inikah sekolah yang di sebut efektif?
            Sekolah efektif atau sekolah unggulan (excellent School) berada dalam lapangan manajemen sekolah. Karakteristiknya menurut Edmonds (1979) (Beare, dkk, 1989) yaitu:
1.  Guru-guru memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah memberikan perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran.
2.      Guru-guru memiliki kondisi penghasilan yang tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi murid.
3.  Atmosfir sekolah yang tidak rigid (kaku), sejuk tanpa tekanan dan kondusif dalam seluruh proses pengajaran atau suatu tatanan iklim yang nyaman.
4.    Sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan mengusahakan efektivitas sekolah dengan energy dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
5.  Sekolah efektif menjamin kemajuan murid dimonitor secara periodik. Kepala sekolah dan guru-guru menyadari bahwa kemajuan prestasi pelajar berhubungan dengan tujuan pengajaran.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efisien. Sekolah efektif karena pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efisien ialah penggunaan sumber daya yang hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi pelajar tentunya dilihat dari absensi (kehadiran), tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan atau penyimpangan, dan hasil ujian Negara. Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efisien yang menjanjikan lulusan yang terbaik, keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dimiliki antar lulusan sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antar lulusan berbeda dari satu sekolah dengan sekolah lain.
Manajemen pengembangan mutu salah satu bidang manajemen peningkatan mutu sekolah dengan iklim yang baik juga harus dalam hal suasana kelas yang dikelola oleh guru dengan para murid, pendayagunaan sumber daya kelas, pemanfaatan alokasi waktu secara baik, dan keterlibatan guru secara baik dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
Kepemimpinan yang efektif oleh kepala dijalankan dengan menetapkan kerjasama dengan para guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang muaranya adalah lulusan yang berkualitas. Demikian pula para manajer atau kepala sekolah harus berfungsi sebagai bagian dari kerjasama dalam lembaga untuk menjamin perubahan dalam lingkungan pendidikan era kekinian.
Semakin terpenuhinya prinsip otonomi, transparansi dan akuntabilitas berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru, karyawan dan pihak terkait dengan sekolah semakin kuat komitmennya menjalankan program perbaikan mutu sekolah. Dengan demikian sekolah efektif harus menampilkan, yang menurut Beach dan Reinhartz (2000:64) ciri-cirinya yaitu:
1.      Efektivitas didasarkan kepada ukuran keberhasilan belajar siswa (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
2.      Pembelajaran siswa menjadi tujuan utama atau fokus pengajaran
3.      Sikap dan perilaku guru beserta staf adalah komponen kuci sekolah efektif
4.      Sekolah menerima tanggung jawab terhadap penguatan prestasi akademik siswa dan mereka percaya bahwa hal itu dapat dicapai dari pelajaran.
5.      Sekolah sebagai organisasi harus teruji secara holistik, bukan terpecah atau menjadi bagian terpecah dari seluruh komponennya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang efektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta didalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang efektif adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya manajeman dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah, dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan pegawai, orang tua siswa, komite sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik dan cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang afektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta di dalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang ekfektif adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya manajemen dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah, dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan pegawai, orang tua siswa, komite sekolah dan para siswa itu sendiri. Karena itu, sekolah-sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Setiap sekolah yang sedang mengusahakan menjadi sekolah efektif, perlu memperhatikan dan mewujudkan hal-hal di atas, agar masyarakat benar-benar mendapatkan haknya untuk tidak sekedar mudah masuk ke sekolah tapi sekaligus dapat memilih sekolah efektif yang diharapkan. Semakin banyak sekolah berkualitas, efektif atau unggul, maka percepatan pengembangan SDM di daerah untuk kompotitif antar satu daerah dengan daerah lain dalam era otonomi dan globalisasi semakin terpenuhi dengan baik dan cepat.


Kamis, 12 Juli 2012

LANDASAN ORANG UNTUK MARAH DAN BERSIKAP EMOSIONAL

Secara umum, ada beberapa dalih yang biasanya menjadi landasan orang untuk marah dan bersikap emosional yang tidak terkendali yaitu:

A.    Budaya atau latar belakang suku bangsa
B.     Gender (jenis kelamin)
C.     Harga diri
D.    Definisi kemenangan
Saya akan mencoba membahas satu demi satu dalih yang biasa menjadi alasan bagi seseorang untuk bertindak secara emosional lewat kemarahan yang tidak terkendali.
A.    Budaya atau latar belakang suku bangsa
Ada ungkapan suku bangsa tertentu atau budaya tertentu identik dengan sifat pemarah atau temperamental. Entah sejak kapan dan dari mana ungkapan itu berasal, yang pasi ungkapan tersebut telah menjadi brend  image bagi mereka yang berasal dari suku bangsa atau budaya tertentu.
Patut kita sadari, suku bangsa dan budaya adalah hasil cipta dan kereasi serta pemikiran umat manusia. Artinya kita manusia mempunyai kehendak bebas yang akan membawa pada tindakan, sifat, kreasi, dan prestasi tertentu dalam perjalanan kehidupan. Kehendak bebas temasuk bebas dalam memilih apa yang kita yakini dan apa yang akan kita jalani.
Disisi lain kita juga perlu menyadari bahwa yang namanya budaya tidak tercipta dalam semalam. Ia lahir dari sebuah proses waktu yang panjang sehingga mereka yang berbeda dalam komunitas budaya tersebut akan terpengaruh hingga ke pikiran bawah sadar.
Memang ada banyak sekali nilai-nilai luhur dalam kebudayaan yang dapat membawa kita masuk ke damaian dan keberhasilan hidup yang sekarang banyak diajarkan dalam berbagai teori motivasi. Namun, di sisi lain, ada juga nilai-nilai yang bermuara pada kemarahan, tindakan emosional hingga tindakan penghancuran, misalnya perang suku yang berujung kematian yang di dasari oleh niat untuk mempertahankan harga diri. Secara rasional, kita seharusnya dapat berfikir, apa keuntungan tindakan seperti ini. Seandainya saja, orang-orang yang bertikai mau berpikir secara rasional tentu efek-efek negatif kemarahan dapat diminimalisir bahkan ditiadakan.
B.     Gender (Jenis Kelamin)
Dalam kehidupan nyata, perbedaan jenis kelamin terkadang membuat orang berbeda dalam menyikapi hal-hal yang terjadi, termasuk dalam mengendalikan amarah. Kita semua tahu bahwa pria cendrung lebih mengendalikan amarah. Kita semua tahu bahwa pria cendrung lebih mengendalikan logika. Sebaiknya, wanita cendrung lebih  mengendalikan perasaan sehingga terkadang memberikan efek bias terhadap kebenaran yang sesungguhnya.
Mana yang yang lebih baik menurut pembaca? Jawabannya adalah tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk. Logika dan perasaan harus berperan secara bersamaan dan saling melengkapi. Pria sering kali di identitikan dengan pribadi yang kuat, tegas dan pantang menangis. Pandangan seperti ini secara tidak sadar telah memengaruhi sikap dan perilaku pria pada umumnya. Umumnya, para prialah yang mendominasi berbagai pertikaian dan perselisihan di dunia ini dan pandangan tadi kemudian membuat pria kerap bertindak tidak terkendali karena ingin terlihat kuat, tegar dan pantang menangis.
Kita sering melakukan tindakan emosional yang mengatasnamakan “saya pria, saya harus menang dan tidak boleh diremehkan!” dan akhirnya tindakan kita lebih banyak membawa kita pada penyesalan yang menyakitkan dan membuat diri kita malu dikemudian hari. Sebetulnya, ketika semuanya itu terjadi, semuanya akan kalah dan tidak akan mendapatkan apa-apa, seperti pepatah yang kita dengar “menang jadi arang kalah jadi abu”
Sekali lagi saya tegaskan, tidak ada alas an karena kita pria atau wanita, kita harus bertindak secara emosional yang membabi buta dan berujung pada kemarahan dan akan berumuara pada penyesalan. Kita dapat membuat pilihan dan Tuhan telah menciptakan kita dengan begitu luar biasa dengan kemampuan menimbang dan mempu menilai apakah suatu tindakan itu baik atau buruk, berguna atau tidak berguna.
C.     Harga Diri
Harga diri merupakan kecendrungan seseorang dalam memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, mampu dan memiliki keunggulan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang mendasar. Dalam bukunya “manage your mind for success” Adi Gunawan mengatakan bahwa harga diri seseorang akan menentukan semangat, antusiasme dan motivasi diri. Harga diri adalah salah satu penentu prestasi dan keberhasilan. Singkatnya, harga diri menjadi kekuatan yang sangat luar biasa alam menjalani dan memperjuangkan kesuksesan hidup seseorang. Harga diri diibaratkan bensin yang siap mengobarkan semangat hidup seseorang, namun disisi lain harga diri juga dapat menjadi air yang memadamkan langkah perjuangan seseorang dalam meraih sukses. Hal ini bisa terjadi karena persepsi yang keliru dalam menetapkan harga diri. Buktinya, harga diri kerap menjadi landasan utama seseorang untuk melakukan tindakan emosional. Misalnya ketika sedang marah, ada orang yang berujar, “enak saja aku mengalah. Dimana harga diri ku? aku akan beri ia pelajaran setimpal perbuatannya pada ku!” hal seperti ini patut disayangkan sebab orang tersebut tidak mengetahui dengan benar apa arti harga diri yang sesungguhnya. Ia berfikir harga diri akan didapatkan jika orang lain mau mengakui dan memahami dirinya. Akibatnya, ia cendrung melakukan pemaksaan kepada orang lain agar mau mengakui dirinya. Hal ini akan semakin diperparah lagi jika ia mengalami berbagai bentuk tekanan dari lingkungan.
Ada suatu analogi menarik bila kita melihat sebuah batu besar disebuah sungai. Batu itu perlahan-lahan akan terkikis dan mengecil bahkan sampai hancur lebur karena arus air melewatinya secara terus menerus. Artinya ketika akan mengaktualisasikan harga diri kepada orang lain, kita tidak perlu melakukan tindakan emosional yang tidak terkendali. Pengakuan harus di perjuangkan bukan dipaksakan, karena orang yang kita paksa untuk mengakui lewat tindakan yang cendrung emosional itu menghendakinya. Pengakuan harga diri bisa juga kita dapatkan dari hasil dan prestasi kerja keras kita. Ingat kita tidak mungkin membuat semua orang senang kepada kita. Dan, sebaliknya, tidak semua orang dapat membuat kita menjadi senang dan setuju kepada meraka.