Senin, 30 September 2013

DEFINISI ILMU FENGETAHUAN

Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka ilmu juga bisa diatikan sebagai penerang dunia. Karena hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa  berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.
Pada umumnya, pembahasan tentang epistemologi (teori pengetahuan) dimulai dengan penjelasan tentang definisi “sains” yang biasanya dibedakan dengan pengetahuan (knowledge). Tidak pernah jelas, apakah sains (science) itu sama atau berbeda dengan ilmu (‘ilm). Istilah ilmu (pengetahuan) terkadang sama dengan sains, tetapi kadang justru disamakan pula dengan knowledge atau “pengetahuan”. Istilah ilmu (pengetahuan) juga terkadang dipakai untuk merujuk sains yang dibedakan dengan pengetahuan (knowledge).
Oleh karena itu, kiranya perlu kita menguraikan terlebih dahulu definisi dari pada sains (sains) dan ilmu (‘ilm). Menurut Webster’s New World Dictionary. Kata science berasal dari kata latin, scire. Yang artinya mengetahui, secara bahasa, science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan dengan intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini kemudian mengalami perkembangan dan perubahan pemaknaan sehingga berarti “pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi kajian dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar atau prinsip dari apa yang dikaji.
Dengan demikian, telah terjadi pergeseran makna sains dari “pengetahuan” menjadi “pengetahuan yang sistematis berdasarkan observasi indrawi”. Trend ini kemudian mengarah pada pembatasan lingkup sains hanya pada dunia fisik. Hal ini dapat dari definisi lain yang kemudian diberikan oleh kamus tersebut pada science sebagai “pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik”.
Selanjutnya, kita bandingkan dengan pengertian ilmu (‘ilm). Ilmu berasal dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu (pengetahuan) dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya. Lebih lanjut Ibnu Hazm mendefinisikan bahwa ilmu adalah “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”.
Pengertian ilmu sebagaimana adanya mengisyaratkan bahwa ilmu tidak begitu saja sama dengan pengetahuan biasa karena pengetahuan biasa bisa saja tidak sebagaimana adanya, tetapi lebih sebagai pengetahuan umum yang didasarkan pada  opini atau kesan keliru dari indera. Oleh karena itu, pengetahuan sebagaimana adanya mengisyaratkan bahwa pengetahuan tersebut haruslah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan tidak hanya berdasarkan pada praduga atau asusmi. Dengan kata lain, ilmu memiliki kriteria yang dimiliki oleh sains sebagai pengetahuan yang sistematis dan terorganisir.
Namun, ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan sains karena sains hanya dibatasi pada bidang-bidang fisik-empiris-positif, sedangkan ilmu—pada perkembangannya melampauinya dengan memasukkan—tidak hanya—bidang-bidang non-empiris seperti matematika dan metafisika—seperti Tuhan, Malaikat, Jin, dan ruh—memiliki entitas-entitas yang sama riilnya dengan objek-objek fisik-empiris. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa teologi, angeolologi, eskatologi, psikologi, ontologi, kosmologi, dan filsafat dapat dikategorikan sebagai ilmu.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi ilmu yang dimaksud adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Selanjutnya, dalam perkembangannya pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu, pengetahuan dan wawasan. Untuk melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya berikan contohnya: Ilmu kalam (filsafat), Fiqih (ilmu), Sejarah Islam (pengetahuan), praktek Islam di Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika, logika dan statistika merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi keempatnya bukanlah ilmu. Keempatnya adalah alat ilmu.
     * Tulisan ini bagian dari rangkaian MK. Filsafat Ilmu dan Sumber Rujukan ada pada penulis.
        nasri_kurnialloh12@yahoo.co.id