Minggu, 03 Januari 2016

SOSIOLOGI TAHUN BARU MASEHI PERSPEKTIF ISLAM



Selalu ada yang berbeda dengan bulan kedua-belas pada sistem penanggalan Masehi terhadap bulan-bulan sebelumnya, yaitu suasana yang lebih ramai dan lebih sibuk. Cobalah tengok aktifitas di sekitar terminal bus ibukota misalnya, berduyun-duyun orang untuk masuk ke dalam antrian pembelian karcis luar-kota. Ketika ditanya, mereka rata-rata menjawab bahwa niat pulang kampung kali ini adalah untuk merayakan tahun baru bersama keluarga.
“Habis nggak enak mas tahun baruan sendirian, kayak nggak afdhol, gitu!” Timpal seorang pemuda paruh-baya dengan suara mantap. Sementara ketika melongok daerah pusat perbelanjaan, euphoria justru bertambah semarak lagi. Mulai dari memasuki gerbang utama, pengunjung sudah disuguhi kata-kata sambutan yang terpasang melambai-lambai, “Happy New Year 2012 For All of You!” Dilanjutkan dengan setibanya di arena pertokoan, pengunjung dimanjakan lagi dengan spanduk besar-besar aneka warna, “Discount up 70% Off!”, “Buy One Get Some!”, atau yang lebih dahsyat lagi saat ditemukan slogan promosi yang menganjurkan, “ Shop Till You Drop!” Bukan main…
Bulan Desember yang diidentikan oleh banyak negara termasuk Indonesia, adalah kumpulan musim libur dan musim perayaan, seperti Hari Hak Azasi Manusia, Hari Ibu, Hari Natal, dan Hari Tahun Baru Masehi. Bahkan di bulan ini, daftar hari non-aktif di Indonesia bisa keroyokan datangnya–mulai dari Hari Libur Sekolah, Hari Cuti Bersama, Hari Shopping Keluarga, hingga Hari-hari Kejepit alias hari kerja yang diapit oleh beberapa hari libur. Alhasil, separuh dari tigapuluh hari terdiri dari tanggalan berwarna merah semua. Tapi belum cukup sampai disitu rupanya, saat musim kerja datang lagi—masih saja banyak orang yang sibuk mengakali agar liburan bisa sedikit  diperpanjang.
Keceriaan pun terlihat disana-sini. Wajah-wajah sumringah muncul setelah bebanan kerja satu tahun dibalas dengan gaji ke-tigabelas. Langkah-langkah kaki yang biasanya terseret-seret lunglai mengikuti pola jam kerja pergi subuh-pulang malam tampak sigap menyusuri lalu-lintas jalur luar kota yang super padat atau tiba-tiba sanggup untuk berthawaf mengelilingi lima lantai dari tiap gedung pertokoan yang begitu menggiurkan untuk disinggahi. Ya, kesenangan yang menimpa kadang memang membuat seseorang lupa akan banyak hal yang seharusnya dikerjakannya, seperti jadi lupa bahwa selama beberapa bulan sudah absen ke majelis ilmu, lupa bayar tunggakan hutang, lupa bersyukur, bahkan sampai lupa daratan.
Tahun baru Masehi sebagaimana tahun baru Hijriah, adalah peristiwa perpindahan masa atau waktu dari yang lama ke yang baru. Ini artinya ketika terjadi pergantian tahun, maka kita seakan diingatkan akan pentingnya waktu dalam kehidupan kita, umat Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam Islam, waktu adalah hal yang sangat penting. Begitu pentingnya waktu, Allah SWT bersumpah atas nama waktu. Ada waddhuha, wallail dll. Dan semua manusia akan merugi jika tidak menyadari pentingnya menggunakan waktu untuk melakukan kebaikan.
Dalam Islam, waktu juga sangat berharga. Begitu berharganya waktu dalam Islam Imam Al-Ghazali seorang tokoh yang sangat berpengaruh mengatakan bahwa yang paling jauh itu waktu yang telah berlalu dan yang paling dekat adalah kematian. Selain itu, waktu kita hidup di dunia ini sangat singkat. Begitu singkatnya sampai-sampai kita tidak merasa bahwa semakin hari usia kita semakin bertambah. Usia kita yang dari hari ke hari bertambah pun pada hakekatnya berkurang. Oleh karena itu, bagaimana kita memaknai tahun baru ini adalah dengan memanfaatkan momen pergantian tahun untuk melakukan evaluasi dan introspeksi diri. Dan pertanyaan yang perlu kita jawab adalah sudah seberapa besar kah kebaikan kita di tahun 2013 ini? Dan apakah kita sudah mempersiapkan bekal kita di akhirat nanti sebanyak-banyaknya?
Begitu juga hadis nabi Muhammad SAW: “Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi) dan pernyataan Umar bin Khattab tentang pentingnya muhasabah: Lakukankah evaluasi terhadap diri kamu sekalian sebelum dievaluasi nanti (di akhirat).
Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah apakah tahun yang baru lewat ini tahun kebaikan kita? Seberapa besar kebaikan yang telah kita lakukan di tahun ini? Apakah kita telah memanfaatkan tahun ini dengan sebaik-baiknya untuk berbuat sebanyak mungkin kebaikan dan kebajikan?