Bila ada istilah yang mengatakan bahwa
buku adalah jendela maka ilmu juga bisa diatikan sebagai penerang dunia. Karena
hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa
berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu mencari dan
memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa dihantui
rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.
Pada umumnya, pembahasan tentang
epistemologi (teori pengetahuan) dimulai dengan penjelasan tentang definisi “sains”
yang biasanya dibedakan dengan pengetahuan (knowledge). Tidak pernah
jelas, apakah sains (science) itu sama atau berbeda dengan ilmu (‘ilm).
Istilah ilmu (pengetahuan) terkadang sama dengan sains, tetapi kadang justru
disamakan pula dengan knowledge atau “pengetahuan”. Istilah ilmu
(pengetahuan) juga terkadang dipakai untuk merujuk sains yang dibedakan dengan
pengetahuan (knowledge).
Oleh karena itu, kiranya perlu kita
menguraikan terlebih dahulu definisi dari pada sains (sains) dan ilmu (‘ilm).
Menurut Webster’s New World Dictionary. Kata science berasal
dari kata latin, scire. Yang artinya mengetahui, secara bahasa, science
berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti
pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan dengan intuisi atau
kepercayaan. Namun kata ini kemudian mengalami perkembangan dan perubahan
pemaknaan sehingga berarti “pengetahuan yang sistematis yang berasal dari
observasi kajian dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat
dasar atau prinsip dari apa yang dikaji.
Dengan demikian, telah terjadi
pergeseran makna sains dari “pengetahuan” menjadi “pengetahuan yang sistematis
berdasarkan observasi indrawi”. Trend
ini kemudian mengarah pada pembatasan lingkup sains hanya pada dunia fisik. Hal
ini dapat dari definisi lain yang kemudian diberikan oleh kamus tersebut pada science
sebagai “pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik”.
Selanjutnya,
kita bandingkan dengan pengertian ilmu (‘ilm). Ilmu berasal dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu (pengetahuan) dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan sebagainya. Lebih lanjut Ibnu
Hazm mendefinisikan bahwa ilmu adalah “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana
adanya”.
Pengertian ilmu sebagaimana adanya mengisyaratkan bahwa
ilmu tidak begitu saja sama dengan pengetahuan biasa karena pengetahuan biasa
bisa saja tidak sebagaimana adanya, tetapi lebih sebagai pengetahuan umum yang
didasarkan pada opini atau kesan keliru
dari indera. Oleh karena itu, pengetahuan sebagaimana adanya mengisyaratkan
bahwa pengetahuan tersebut haruslah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya
berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan tidak hanya berdasarkan pada praduga atau
asusmi. Dengan kata lain, ilmu memiliki kriteria yang dimiliki oleh sains
sebagai pengetahuan yang sistematis dan terorganisir.
Namun, ilmu memiliki ruang
lingkup yang berbeda dengan sains karena sains hanya dibatasi pada
bidang-bidang fisik-empiris-positif, sedangkan ilmu—pada perkembangannya
melampauinya dengan memasukkan—tidak hanya—bidang-bidang non-empiris seperti
matematika dan metafisika—seperti Tuhan, Malaikat, Jin, dan ruh—memiliki
entitas-entitas yang sama riilnya dengan objek-objek fisik-empiris. Oleh karena
itu, dapat pula dikatakan bahwa teologi, angeolologi, eskatologi, psikologi,
ontologi, kosmologi, dan filsafat dapat dikategorikan sebagai ilmu.
Dari penjelasan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa definisi ilmu yang dimaksud adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya.
Selanjutnya, dalam perkembangannya
pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu,
pengetahuan dan wawasan. Untuk melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya
berikan contohnya: Ilmu kalam (filsafat), Fiqih (ilmu), Sejarah Islam
(pengetahuan), praktek Islam di Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika, logika
dan statistika merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi
keempatnya bukanlah ilmu. Keempatnya adalah alat ilmu.
* Tulisan ini bagian dari rangkaian MK. Filsafat Ilmu dan Sumber Rujukan ada pada penulis.nasri_kurnialloh12@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih