Dalam banyak kasus, hubungan kekuasaan antar berbagai kelompok
masyarakat banyak dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan intensitas respons
mereka terhadap pendidikan Barat. Ketika Indonesia baru merdeka, partai-partai
politik dan lembaga-lembaga kenegaraan banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh
sekuler berpendidikan Barat yang tergabung dalam organisasi-organisasi nasionalis,
seperti Boedi Oetomo dan Partai Nasionalis Indonesia (PNI).
Kelompok masyarakat yang merasa tertekan dan menjadi korban
imperialisme budaya cendrung menginginkan sistem pendidikan terpisah, dalam
rangka melindungi identitas kelompok mereka. Inilah yang terjadi pada sistem
pendidikan Islam tradisional di Indonesia, khususnya pesantren. Di bawah
tekanan kelompok-kelompok bahasa dan agama minoritas, beberapa pemerintah
memenuhi tuntutan mereka, sementara yang lainnya memaksakan penyeragaman sistem
pendidikan, dengan harapan dapat mengeliminasi bahaya laten perpecahan sosial.
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memberi peluang keberbagai
kelompok etnis dan keagamaan untuk mengembangkan pendidikan tersendiri sehingga
lahirlah sekolah Arab, Sekolah Cina, Sekolah Kristen, Sekolah Islam, Sekolah
Budha, dan Sekolah Hindu.
Bertahan atau tidaknya sistem pendidikan tunggal dalam masyarakat
pluralis umumnya tergantung pada dua hal, yakni sistem tersebut memberi
kesempatan yang sama (equality of opportunity) pada semua kelompok
masyarakat, dan generasi muda mengalami bahwa belajar bersama dapat mencairkan
perbedaan-perbedaan sosial mereka (Abernethy dan Coombe, 1965: 290). Di
negara-negara berkembang, banyak pemimpin yang berasal dari sekolah yang sama.
Meskipun mereka berbeda dalam hal asal daerah, agama, dan suku. Akbar Tanjung
yang berasal dari Sibolga, misalnya, ternyata berasal dari SMP yang sama dengan
Megawati yang dibesarkan di Jakarta, yaitu SMP Cikini.
Hal ini tidak mungkin terjadi jika tidak ada equality of
opportunity dalam sistem pendidikan nasional. Kesempatan yang sama telah
memungkinkan anak-anak negeri yang memiliki latar belakang sosial budaya
berbeda-beda untuk belajar bersama dan mencairkan perbedaan-perbedaan sosial
dan ekonomi di antara mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih