Sejarah Puasa Tarwiyah dan Arafah
Puasa
arafah 9 Dzulhijjah dan puasa tarwiyah 8 Dzulhijjah adalah memperingati kisah
ketaatan Nabiullah Ibrahim as saat ia bermimpi menyembelih anaknya Nabiullah
Ismail as.
Diriwayatkan
Nabi Ibrahim adalah seorang yang sangat taat kepada perintah Allah SWT. Beliau
telah terbiasa melakukan ibadah dengan banyak sekali binatang kurban. Biasanya
pada masa haji jaman beliau, ia rutin menyembelih 1000 ekor domba, 100 ekor
sapi, dan 10 ekor unta. Kehebatan berkurbannya itulah yang mendatangkan decak
kagum masyarakat kala itu. Sekali waktu terucap oleh beliau: "Kurban
seperti ini adalah hal yang biasa bagiku, bila Allah perintahkan aku untuk
menyembelih anakku pasti aku akan lakukan". Suatu pernyataan kehambaan
seorang nabi kepada Tuhannya, dan keikhlasannya untuk melakukan apapun demi
perintah Allah.
Nabi
Ismail adalah keturunan nabi Ibrahim buah cinta pernikahannya dengan Siti
Hajar. Anak yang sangat rupawan dan tampan sangat dicintai oleh Ibrahim as.
Suatu saat Nabi Ibrahim bermimpi ia diperintahkan untuk menyembelih Ismail
kecil. Mimpi pada malam pertama tidak begitu ia hiraukan walaupun sudah
mengusik hatinya. Malam kedua, ia kembali bermimpi diperintah untuk menyembelih
anaknya. Kali ini ia mulai berfikir-fikir dan mengajak isteri dan anaknya untuk
berbagi pendapat soal perintah Allah tersebut. Saat-saat dimana Ibrahim
berpikir dalam kemelut dan kerinduan seorang nabi kepada Allah inilah yang kita
peringati dalam puasa tarwiyah yang artinya berfikir-fikir. Sebuah
perilaku suci, kejadian besar bagi seorang hamba mengatur, mengolah,
mensinergikan cinta kepada dunia menjadi bentuk cinta kepada sang pencipta.
Siti Hajar dan Ismail berkata dengan tulus ikhlas menekan segala cinta dunia,
"kalau memang menyembelih Ismail adalah perintah dariNya, maka harus
dilaksanakan, tanpa ragu tanpa takut"
Keesokan
harinya, Nabi Ibrahim kembali bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya.
Jelaslah sudah, yakin dengan keyakinan yang kuat bahwa mimpi itu adalah
perintah dari Allah dan bukan mimpi biasa. Saat-saat dimana Ibrahim as telah
mengenali dan yakin perintah menyembelih anaknya datangnya dari Allah itu
hingga saat ini diperingati oleh umat muslim dengan puasa sunah arafah
yang artinya mengenali. Keyakinan dan hati yang tulus ikhlas dari seorang hamba
beserta keluarga atas perintah Allah adalah saat suci yang hanya bisa muncul
dari rahmat dan kasih sayang Ilahi.
Saat
pelaksanaan kurban tiba dan Ismail siap hendak disembelih oleh Allah
digantikanlah posisi Ismail dengan seekor qibas (domba) dari surga yang
sangat gemuk, sehat dan cantik. Demikian hingga sekarang berkurban menjadi
ibadah paling fenomenal karena berkaitan dengan sejarah polemik batin seorang
hamba Allah beserta keluarga yang sangat tulus ikhlas hatinya.
Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah
Nawaitu sauma tarwiyata sunnatal
lillahi ta’ala
artinya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”
artinya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”
Nawaitu sauma ‘arafata sunnatal
lillahi aa’ala
Artinya:“Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala.”
Artinya:“Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala.”
Keutamaan
Puasa Tarwiyah dan Arafah
Keutamaan
puasa Arafah ini seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah Rahimahullah. Rasulullah
SAW bersabda:
Puasa hari
Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan
puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas. (HR. Muslim)
Sementara puasa
Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini
didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah
menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa)
dua tahun. Dikatakan hadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama
memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam
kerangka fadla'ilul
a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak
berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.
Lagi
pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang
istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:
Tidak ada
perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang
dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya
: Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad
pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta
bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)
Manfaat Puasa Bagi Agama, Diri dan Kesehatan
Puasa
Arafah dan tarwiyah sangat dianjurkan untuk turut merasakan nikmat yang sedang
dirasakan oleh para jemaah haji sedang menjalankan ibadah di tanah suci. Berpuasa akan memberikan manfaat yang
sangat besar kepada kesehatan manusia. Tidak ada orang yang mati kerena
berpuasa dengan cara yang benar dan tidak melebihkan maupun tidak mengurangi
ajaran berpuasa itu sendiri. Malahan banyak orang yang akhirnya sembuh dari
sakitnya kerena ia berpuasa seperti puasa Nabi. Nabi Muhammad SAW tidak mekan
berlebihan baik ketika Beliau berpuasa maupun ketika Beliau tidak berpuasa.
Walaupun
satu hari, puasa itu cukup memberikan manfaat kepada kesehatan. Rasa Syukur
akan bertambah. Keimanan juga seperti disiram dengan air segar lagi. Hal ini
sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang mengharap ridha hanya dari Allah SWT.