Membaca merupakan perintah Allah dalam ajaran Islam sebagaimana
firman Allah dengan wahyu pertama yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW
nabi akhir zaman melalui malaikat Jibril sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an
pada Q.S. Al-Alaq ayat 1-5.
Pakar pendidikan ternama, Paulo Freire, pernah menyatakan bahwa
malas membaca adalah virus yang meringkihkan peradaban bangsa-bangsa di dunia.
Malas membaca menjadi biang timbulnya penyakit kronis bernama kemiskinan dan
keterbelakangan. Ia menyatakan demikian setelah menemukan bukti, tak sebuah
Negarapun di dunia yang tumbuh menjadi Negara maju tanpa budaya baca yang kuat
di belakangnya. Sebaliknya, seluruh Negara miskin dan terbelakang adalah Negara
yang tidak memiliki budaya membaca.
Pembahasan mengenai minat baca, maka sudah sering ditulis di
berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dan diseminarkan, namun
masih saja topik ini masih sangat manarik dibicarakan, hal ini disebabkan
karena sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan
ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah
dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat
baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan
Cinta Buku.
Hakikat membaca
adalah hakikat untuk tahu. Tidak suka membaca berarti tidak mengembangkan
pengetahuan. Bangsa yang tidak mengembangkan pengetahuan, sudah pasti akan
menjadi bangsa yang miskin ide dan
inovasi. Pada akhirnya, “kemiskinan” itu akan membuat bangsa tersebut menjadi
tidak produktif dan tertinggal dari bangsa lain dalam semua aspek kehidupan.
Sayangnya, tak
semua orang menyadari bahwa malas membaca adalah sebuah virus yang berbahaya.
Keberadaannya sering di anggap sepele, dan bahkan diabaikan. Di banyak Negara,
termasuk di Indonesia, malas membaca justru berkembang menjadi budaya,
sementara kampanye gemar membaca tidak terlalu mendapat sambutan.
Bangsa Indonesia
sepertinya memang kurang akrab dengan bahan bacaan. Lihat saja saat orang-orang
memiliki waktu luang di rumah, ditempat kerja, atau diperjalanan, mereka lebih
banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol, bermain, menonton televisi, atau
tidur, dari pada membaca. Kondisi saat ini sangat berbeda dengan di Jepang dan
Negara-negara Eropa, dimana buku menjadi sarana rekreasi utama bagi orang-orang
yang sedang rehat.
Kondisi di atas tak lepas dari rendahnya budaya membaca di
Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir dari Acehtraffic.com (2012), memberitakan bahwa, minat baca masyarakat
Indonesia masih sangat rendah. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat H.R Agung Laksono, persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar
0,01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat
baca.
Rendahnya budaya
membaca seyogyanya dapat dijadikan peringatan dini bagi bangsa Indonesia,
karena memiliki pertautan langsung dengan produktivitas. Tentu tidak sepenuhnya
benar, menyimpulkan bahwa gemar membaca adalah satu-satunya factor yang dapat
memajukan bangsa. Namun kita juga tidak bisa menafikan fakta bahwa kemajuan
bangsa seiring dengan perkembangan tradisi literasinya. Makin gemar membaca
suatu bangsa, makin tinggi tingkat kemajuannya, demikian pula sebaliknya.
Namun kita tidak
perlu berdebat, apakah gemar membaca yang menyebabkan kemajuan bangsa, ataukah
kemajuan yang membuat orang makin gemar membaca. Keduanya adalah variable yang
saling bergantung dan saling menguatkan satu sama lain. Yang paling penting
bagi kita adalah segera memulai gerakan gemar membaca, sekarang juga.
Perubahan sosial
yang berlangsung sedemikian cepat sangat berdampak terhadap masyarakat,
khususnya para mahasiswa baru. Mahasiswa baru adalah sosok manusia yang
mempunyai impian besar tentang masa depan maka dari hal demikian. Sosialisasi
gemar membaca adalah momentum penting untuk bisa membantu mahasiswa meraih
impian. Dikatakan demikian, sebab sosialisasi membaca merupakan ajang dimana
mahasiswa baru akan mendapatkan berbagai hal yang dapat mendasari
langkah-langkahnya dalam menggapai suskes belajar diperguruan tinggi maka dari
hal demikian Lembaga pendidikan formal (campus) harus terus melakukan
kampanyenya kepada mahasiswa gerakan gemar membaca.
Faedah membaca bagi pribadi yang bersangkutan antara lain: dapat
atau merupakan cara untuk mendalami sesuatu masalah dengan mempelajari sesuatu
persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan
kecakapan, dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan, dan untuk
mencari nilai-nilai hidup untuk kepentingan pendidikan diri sendiri.
Di samping pendapat di atas untuk meningkatkan dan menyadari akan
kebiasaan membaca, tidak perlu membaca terlalu susah, cukup dengan membaca
bacaan yang ringan dan mudah dipahami atau membaca buku tentang apa yang
diperlukan itu sudah bagus. Minat baca masyarakat Indonesia yang tinggi akan mampu
bersaing dengan cerdas terhadap bangsa lain. Melalui gerakan yang dilakukan
secara sinergis, virus malas membaca diharapkan dapat diberantas tuntas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih