Di Indonesia, kepedulian terhadap hubungan
pendidikan dan politik sudah mulai berkembang dalam wacana publik, walaupun
belum menjadi satu bidang kajian akademik. Publikasi yang menggunakan tema
pendidikan dan politik belum tampak ke permukaan. Kalau pun ada, fokus bahasannya
belum begitu menyentuh aspek-aspek subtantif hubungan politik dan pendidikan.
Namun, masih diseputar aspek-aspek ideologis politik kependidikan. Namun
demikian, keyakinan akan adanya hubungan yang erat antara pendidikan dan
politik tampaknya sudah mulai tumbuh.
“Politics
inseparable from education”. Demikianlah judul berita yang
dimuat pada harian The Jakarta Post
edisi 16 Maret 2001, halaman 1. Paragraph pertama pada berita tersebut adalah
sebagai berikut : “politics is
inseparable from education, unless the country plans to generate ‘illiterate
politicians’ who could not be expected to lead the republic out of the current
crises” (politik tidak terpisahkan dari pendidikan kecuali jika negeri ini
ingin memiliki generasi yang buta politik, yang tidak bisa diharapkan
mengeluarkan negeri ini dari krisis). Kalimat tersebut dikutip dari Muchtar
Buchori, salah seorang pembicara dalam seminar tentang Education and the Nation’s crisis. Paragraph tersebut juga mengutip
penegasan Buchori; “you cannot escap
politics or separate it from education” (anda tidak dapat lari dari politik
atau memisahkan dari politik). Empat hari kemudian, 20 Maret 2001, The Jakarta
Post kembali memuat rangkuman hasil seminar tersebut dengan judul politics, education inseparable.
Buchori menambahkan
dalam presentasinya bahwa “politics is
the way to manage the board environment, and not merely a strunggle for power.
Therefoe it is the duty of schools to help students differentiate between good
politics and bad politics” (politik adalah cara untuk mengelola lingkungan
yang luas, bukan hanya perebutan kekuasaan. Maka, adalah tugas sekolah untuk
membantu para pelajar untuk dapat membedakan antara politik baik dan politik
tidak baik) berbicara dalam konteks Indonesia, Buchori percaya bahwa “poor education is one source of the
country’s crisis” (pendidikan tidak bermutu adalah salah satu sumber krisis
di negeri ini). Dia menjelaskan lebih
jauh bahwa “the crisis now facing the
nation (Indonesia) stems from an accumulation of inappropriate or wrong
political dicisions generated in the past” (krisis yang saat ini melanda
bangsa Indonesia bersumber dari akumulasi keputusan-keputusan politik yang
tidak tepat yang terjadi pada masa lalu). Dia menambahkan; “Pada masa lalu kita
mempunyai generasi pemimpin politik yang membawa bangsa ini kepada kemerdekaan.
Akan tetapi, akhirnya kita melihat suatu generasi yang membuat
keputusan-keputusan politik yang menyesatkan.”
Ketika ditanya apakah
politik harus memasuki wilayah pendidikan atau sebaliknya, Buchori mengatakan
bahwa para mahasiswa harus belajar tentang tanggung jawab warga negara (civic responsibility). Dia menegaskan
“Inilah yang saya maksud dengan tidak keterpisahan antara politik dan
pendidikan”. Para mahasiswa, lanjutnya, tidak boleh acuh tak acuh terhadap
segala sesuatu yang berlansung diluar lingkungan perguruan tinggi. Buchori
manambahkan “pemisahan antara politik dan pendidikan diberlakukan pada masa 30
tahun kekuasaan Soeharto yang otoriter”. Pada masa tersebut, tandasnya, politik
digambarkan sebagai sesuatu yang kotor dan gambaran tersebut masih berkembang
saat ini”. Ia menyimpulkan “kita tidak akan pernah bisa lari dari politik.
Politik adalah realitas kehidupan. Mari berpolitik secara bijak. Persoalannya
adalah bagaimana menangani para politisi yang buta politik”. Sejalan dengan
Buchori, Direktur Eksekutif Asia Foundation, Remage, yang menjadi salah seorang
pembicara dalam seminar tersebut mengatakan “putting politics in the
classroom was common” (memasukan hal politik ke dalam kelas adalah hal
biasa). Ia menambahkan bahwa sistem pendidikan yang memandang politik sebagai
sesuatu yang kotor membuat banyak orang tidak mau menjadi politisi. Jika hal
ini terus berlanjut, kata Remage, Indonesia akan dipimpin oleh para pengamat
politik.
Dari beberapa pemikiran
yang berkembang dalam seminar tersebut dapat ditarik beberapa pemahaman. Pertama,
adanya kesadaran tentang hubungan erat antara pendidikan dan politik. Kedua, adanya kesadaran akan peran
penting pendidikan dalam menentukan corak dan arah kehidupan politik. Ketiga, adanya kesadaran akan pentingya
pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan politik. Keempat, diperlukan pemahaman yang lebih luas tentang politik.
Kelima, pentingya pendidikan kewargaan (civic education). Ungkapan-ungkapan
Muchtar Buchori khususnya menggambarkan suatu keyakinan terhadap hubungan erat
antara pendidikan dan politik. Ia juga yakin bahwa hubungan tersebut tidak
mungkin diputus begitu saja karena membawa pengaruh subtantif terhadap
keduanya. Dalam proses pendidikan, Buchori tampaknya sangat yakin bahwa,
pendidikan dan politik perlu diintegrasikan untuk dapat melahirkan para
pemimpin politik yang berkualitas.
Walaupun hanya
mempresentasikan opini segelintir sarjana di negeri ini, wacana hubungan antara
politik dan pendidikan dan pokok-pokok pikiran yang berkembang dalam seminar
tersebut mengindikasikan adanya kecenderungan positif dalam melihat hubungan
antara politik dan pendidikan pada umumnya dan politik pendidikan khususnya. Namun
demikian, harus diakui bahwa hingga saat ini kajian politik pendidikan masih
merupakan barang langka di negeri ini. Kajian politik pendidikan masih jarang
terdengar di pusat-pusat studi kependidikan di negeri ini, seperti Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan pusat-pusat
studi pendidikan lainnya, seperti di fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP)
yang ada di beberapa perguruan tinggi umum dan fakultas Tarbiyah yang ada pada
Universitas Islam Negeri Jakarta (UINJ), Institut Agama Islam Negeri (IAIN),
dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), baik negeri maupun swasta yang tersebar
di seluruh Indonesia. Disiplin ilmu politik dan ilmu pendidikan masih cenderung
dilihat sebagai dua bidang kajian yang tidak memiliki hubungan apa-apa. Sejauh
ini penulis bisa mencatat bahwa mata kuliah politik pendidikan hanya terdapat
pada kurikulum program studi Pendidikan
di program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta dan program serupa di IAIN Raden Fatah di Palembang. Di
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, program studi pendidikan demokrasi
sedamg dipersiapkan.
Namun demikian, tidak
dapat dikatakan bahwa kesadaran akan keterkaitan antara pendidikan dan politik
tidak ada sama sekali. Beberapa seminar dan konggres kependidikan nasional
maupun internasional yang pernah penulis hadiri dibeberapa kota besar di negeri
ini memperlihatkan perhatian yang besar dari para peserta dan pembicara
terhadap hubungan antara pendidikan dan politik. Diskusi tentang berbagai isu
fundamental tentang pendidikan sering kali mengungkapkan aspek-aspek dan
hambatan-hambatan yang bersifat politik dalam perkembangan sistem pendidikan di
negeri ini. Misalnya, kecilnya alokasi dana untuk pendidikan dan rendahnya mutu
pendidikan di negeri ini sering kali diyakini sebagai implikasi dari rendahnya
komitmen politik (political will) pemerintah.
Pada Konferensi
Nasional Manajemen Pendidikan yang diselenggarakan atas kerjasama Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) dengan Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia
(HISAPIN) di Jakarta tanggal 8 sampai dengan 10 agustus 2002 muncul beberapa
topik yang secara subtantif cukup relevan dengan kajian politik pendidikan.
Topik–topik tersebut, antara lain, Akuntabilitas
LPTK sebagai Penghasil Guru di Indonesia oleh Professor Dr Sutjipto; Kebijakan Pemerintah tentang Partisipasi
Masyarakat dalam Manajemen Pendidikan di Era Otonomu Daerah oleh Dr. dr.
Fazli Djalal; Tanggung Jawab LSM dalam
Meningkatkan Mutu Manajeman Pendidikan di Era Otonomi Daerah oleh Ir. Eri
Sudewo; Pengawasan Pendidikan di Era
Otonomi Daerah oleh Profesor Dr. Mulyani A.Nurhadi, M.Ed; Masalah dan Kebijakan Penelitian Islam di Era Otonomi Daerah oleh Professor Dr.
Azyumardi Azra,M.A.; Strategi Pemerintah
Daerah dalam Memacu Kualitas Sekolah melalui Manajemen Pendidikan (satu contoh
Kasus Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kebumen) oleh Dra.
Rustriningsih, M.Si.; Dampak Otonomi
Daerah terhadap Manajemen Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah oleh
Professor Dr. Djamaludin Kantao, M.Pd.; Partisipasi
Masyarakat, Potret tahun Kedua di Era Otonomi Daerah oleh Dr. Basuki
Wibowo.; Kesiapan Masyarakat dalam
Mendukung Implementasi School Based Management oleh Profesor Santoso S.
Hamidjoyo; dan Implikasi Manajemen
Pendidikan nasional dalam Konteks Otonomi Daerah oleh Profesor Dr. Winarno
Surakhmad, M.Ed.
Beberapa buku yang
membahas aspek-aspek politik pendidikan juga mulai bermunculan dari para
penulis dalam negeri. Misalnya, ada buku Tinjauan
Politik Mengenai Sitem Pendidikan Nasional: Beberapa Kritik dan Sugesti
yang ditulis oleh Kartini Kartono (1997) yang diterbitkan oleh PT. Pradnya Paramita,
Jakarta. Selain itu, telah bermunculan buku-buku tentang pendidikan kewargaan
yang secara langsung maupun tidak langsung juga membahas isu-isu diseputar
politik pendidikan. Salah satu yang terbaru adalah buku Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraan): Demokrasi Hak Asasi
Manusia Masyarakat Madani yang ditulis oleh Dede Rosyada (2000) dan
terbitkan Oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beberapa informasi
diatas kiranya sudah cukup untuk membuktikan bahwa pemahaman tentang hubungan
antara politik dan pendidikan sudah cukup berkembang. Tentu saja masih
diperlukan upaya-upaya strategis dan sistematis agar pemahaman tersebut dapat
terus berkembang dan menumbuhkan curiosity
tentang hubungan politik dan pendidikan, baik dikalangan ilmuwan pendidikan maupun
dikalangan ilmuwan politik. Pada saatnya nanti kajian politik pendidikan
diharapkan terus diminati dan berkembang di pusat-pusat studi kependidikan di
negeri ini sehingga wacana kependidikan di tanah air tidak hanya terbatas pada
isu-isu metode dan materi pembelajaran, tetapi juga menyentuh konteks
sosio-politis dari isu-isu tersebut.
Dalam dua decade
terakhir, memasuki abad ke 21 dan pembelajaran otonomi daerah, lingkungan
pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan penting. Perubahan tersebut
ditandai oleh paling tidak tiga kecenderungan utama. Pertama, terjadinya perubahan peranan pemerintah pusat dan daerah
dalam kebijakan pendidikan. Proses kebijakan pendidikan yang sebelumnya
didominasi oleh pemerintah pusat, saat ini sudah mulai didistribusikan ke
aderah. Kedua, semakin
terfragmentasinya pendidikan, baik secara politik maupun dalam bentuk program. Ketiga, muncul kembalinya
kepentingan-kepentingan non kependidikan, terutama dari dunia bisnis, dalam
wilayah pendidikan. Berbeda dengan 1970-an ketika politik pendidikan adalah
wilayah kepentingan kelompok kepentingan pendidikan berbasis luas (broad-based education interest groups),
seperti departemen pendidikan, kepala sekolah administrator dan guru, mulai
tahun 1980-an dunia pendidikan didominasi oleh tokoh-tokoh bisnis dan pegawai
publik yang terpilih.
Dalam tiga
kecerendungan tersebut, yang cukup unik dalam politik pendidikan di Indonesia
hingga saat ini bahwa kurang berartinya peranan kelompok kepentingan pendidikan
(education interest groups) dalam formula kebijakan-kebijakan pendidikan. Jika
dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya perkembangan interest group dalam
bidang pendidikan sangat lamban. Saat ini, berbagai perkembangan dan gejala
tersebut perlu dikaji dalam rangka memahami kompleksitas dan dinamika hubungan
antara pendidikan dan politik, baik dalam konteks global maupun dalam konteks
lokal, khususnya dalam konteks pemberlakuan otonomi daerah.
Hingga saat ini dapat
dikatakan, meskipun ada kecenderungan yang kuat pada sebagian masyarakat untuk
memandang bahwa pendidikan dan politik terpisah dan tidak berkaitan, realitas
membuktikan bahwa disemua masyarakat keduanya berhubungan erat dan terkait.
Proses dan lembaga–lembaga pendidikan mempunyai banyak dimensi dan aspek
politik. Lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi-fungsi yang memiliki
konsekuwensi penting dalam sistem politik dan terhadap perilaku politik dalam
bentuk yang berbeda-beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih