Piagam Madinah lahir dari kondisi yang ada sebelum
Rasulullah hijrah. Dimana di Yatsrib pada saat itu dicekam oleh konflik
berkepanjangan antar suku. Dua suku terbesar, ‘Auz dan Khazraj
terlibat perseteruan yang berdarah-darah.
Suku yang lebih kecil memperkeruh keadaan dengan
terbelah menjadi pendukung kedua suku besar yang berkonflik. Sementara kondisi
permusuhan dan perpecahan sedemikian kuat, bangsa Yahudi sebagai pendatang
terus menghembuskan suasana permusuhan. Mereka memang mengatur untuk mendapat keuntungan materil dari konflik yang
terus dihangatkan itu.
Penduduk Yatsrib kemudian meminta Rasulullah untuk
menciptakan perdamaian dan ketentraman. Dimulai dari kesadaran masyarakat
Yatsrib untuk keluar dari suasana mencekam konflik yang tiada berujung, semakin
rumit dan melelahkan.
Kesadaran ini pula yang menjadi pondasi lahirnya
ruh kedamaian dalam piagam Madinah. Sebuah konsep yang sempurna dan kesiapan
merealisasikan dari masyarakatnya. Islam sejatinya telah siap dengan konsep
yang pertengahan dan mendamaikan bila difahami secara benar dan menyeluruh.
Sementara itu psikologis masyarakat Yatsrib yang
berada diujung kekecewaan memang selalu dipastikan akan memunculkan harapan.
Bagaikan di ujung musim gugur yang mendatangkan musim semi. Anis Matta menyebutkan itu semua sebagai pertanda sejarah
akan lewat di sini.
Rasulullah kemudian didatangkan ke Yatsrib dan
mempresentasikan konsep sempurna untuk menciptakan dunia sebagai tempat yang
lebih baik. Sementara itu masyarakat sudah berada tingkat kebutuhan akan solusi
yang memuncak. Kohesi itupun terbentuk melahirkan tata kehidupan baru yang
egaliter, terbuka, produktif dan kokoh untuk menghadapi tantangan zamannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih