Rabu, 24 Februari 2010

filsafat Aksiologi

Aksiologi
Aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat nilai atau studi yang menyangkut segala yang bernilai.
· Makna Nilai
Hidup bermakna gerak, manusia bertindak, berlaku dan berbuat. Dibelakang tiap tindakan dan laku perbuatan selalu ada motif. Manusia bertindak, karena ada sesuatu yang ingin dicapainya. Kalau yang ditujunya itu tercapai, puasla dia. Kepuasan terjadi, kalu sesuatu di pandang berharga tercapai. Tiap yang dipandang berharga mengandung nilai. Maka manusia dalam tindakan dan laku perbuatan digerakan oleh nilai-nilai.
Soal Nilai adalah soal filsafat, dibelakang tindakan individu dan masyarakat adalah soal nilai.Jelaslah pula, bahwa dibelakang tindakan dan laku perbuatan yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari selalu kita bertemu dengan filsafat. Tindakan atau barang menjadi menjadi berharga, kalu ia dipandang bernilai, kalau nilai itu terujud, yaitu tindakan itu terjadi atau barang itu diperdapaf, puaslah kita.
Nilai itu ideal, bersifat ide. Karena itu ia abstrak, tidak dapat disentuh oleh panca indra, yang dapat di tangkap adalah barang atau laku perbuatan yang mengandung nilai itu, karena itu nilai bukan soal benar atau salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak. Kalau ada nilai kebudayaan, tentu ada nilai agama. Kebudayaan itu sendiri adalah perujudan nilai-nilai. Dipandang dari cirri-ciri agama langit Islam adalah agama langit. Dipandang dari pemikiran kebudayaan, kebudayaan Islam merupakan lanjutan dari agama. Dengan demikian Islam itu adalah agama dan kebudayaan. Kaum intelegensia Islam mendakwakan, bahwaq kitab sucinya bertahan otentik semenjak diturunkan, dan menentang orang yang meragukan untuk memberikan bukti tentang sebaliknya. Quran menggariskan tata nilai. Tata nilai itu adalah universal. Karena ditentukan oleh kekuasaan yang mutlak. Tuhan menggantungkan tata nilai itu bagi hambanya. Selama hamba-hambanya itu ada dan dimananpun adanya serta bilapun adanya, berlakulah tata nilai tersebut bagi mereka. Dengan demikian tata nilai itu mengatasi ruang dan waktu. Karena itulah bersifat Universal.
· Letak Nilai
Suatu barang bernilai, kalau ia berharga bagi kita, bagi orang lain yang tidak menghargainya ia tidak bernilai. Mas berharga bagi kita, tidak bernilai bagi orang Dayak. Sebungkah garam lebih berharga bagi mereka dari pada sebungkah mas. Tinta berharga bagi juru tulis, tidak bernilai bagi petani. Pupuk lebih berharga bagi petani, tidak bernilai bagi juru tulis.
Nilai timbul dalam hubungan antara subyek dan objek. Islam mengajarkan dua pokok hubungan yaitu :
- Hubungan antara manusia dan Tuhan
- Hubungan antara manusia dan manusia.
Seperti yang disuruh oleh Al-Qur’an Surat Ali Imran : 112
“ ditimpa kepada mereka kehinaan (hilang kekuasaan) dimana saja mereka berada, kecuali mereka yang menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia”.
Objek pertama adalah Tuhan dan objek kedua manusia sendiri. Dengan demikian nilai yang pertama timbul dalam berhubungan dengan Khalik dan kedua dengan sesama manusia, termasuk diri sendiri. Hubungan pertama membentuk system ibadat, yang kedua mu’amalat yang kita sebut social, yang isinya kebudayaan. Segala yang berhubungan dengan Tuhan yang diatur oleh ibadat mengandung nilai utama. Segala yang berhubungan dengan manusia, yang diatur oleh kebudayaan (social, ekonomi, politik, ilmu, seni, teknik, Filsafat) mengandung nilai yang kedua.
Sasaran agama adalah akhirat. Sasaran kebudayaan : dunia, kedua-duanya mengandung nilai : akhirat nilai utama, dunia nilai kedua. Yang utama mengendalikan yang kedua. Akhirat sebagai ujung mengendalikan dunia sebagai pangkal kehidupan, nilai baik dan buruk didunia mengarah kepada ketentuan nilai diakhirat.
· Alat Nilai
Alat kebenaran adalah budi dengan kerjanya berpikir, akan tetapi alat untuk menilai bukanlah budi, tetapi hati yang merasa. Apakah sesuatu bernilai atau tidak, perasaanlah yang memutuskan. Perasaan itu kerja atau aktifitas hati, Islam menyebut hati Qalbu. Baik dan buruk adalah putusan hati. Yang baik itu belum tentu benar atau yang benar itu belum tentu baik. Sekalipun ang ideal adalah manakala yang baik itu sekalian juga benar.
Sasaran hati adalah alam ideal, Aktivitas atau kerjanya disebut oleh umum yakni merasa. Perasaan membentuk penghayatan. Hukum rasa ialah untuk membentuk nilai-nilai positif, tapi belum tersusun dan belum dikenal umum seperti logika. Berpikir dengan hati dengan berfangkal dari subjek, disebut berfikir subjektif.
Sistem untuk hati ialah pendidikan, yang menerangi hati adalah agama, cahaya yang dipancarkan itu mempengaruhi penghayatan. Suatu Hadis memperingatkan betapa pentingnya peranan Hati (Qolbu) pada diri manusia :
“ Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik, baiklah organ badan seluruhnya dan bila ia rusak, binasalah organ badan seluruhnya, ketahuilah bahwa itulah hati (Qolbu)”
Jelaslah betapa besarnya peranan Qolbu itu. Dialah yang menggerakan budi bekerja. Dialah tenaga yang menggerakan kehidupan batin spiritual. Bersama-sama dengan budi ia membentuk cara merasa dan cara berpikir.