Kamis, 31 Maret 2011

KECERDASAN INTELEKTUAL DAN EMOSIONAL

BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Kecerdasan Intelektual (Intelegensi)
Perkataan intelektual (intelegensi) berasal dari kata lain ialah “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Dengan kata lain intelektual (intelegensi) adalah kemampuan mental individu yang dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri didalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan diri didalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat. Berbicara mengenai intelegensi biasanya dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, kemampuan untuk belajar, maupun kemampuan untuk berfikir abstrak. Pendapat Stern yang dimaksud dengan inteklegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
2. Pengertian Kecerdasan Emosional (Perasaan)
Emosi disifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan pada organism atau individu sebagai akiat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh organism. Menurut Chaplin (1972) emosi merupakan reaksi yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Emosi bahan bakar yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran tinggi. Emosi menyulut kreatifitas, kolaborasi, inisiatif dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi mengatasi dorongan-dorongan yang keliru yang menyelaraskan dengan proses dan teknologi dengan sentuhan manusiawi. Emosi merupakan salah satu kekuatan penggerak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kecerdasan Intelektual (Intelegensi)
Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan masuk ke militer. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan ³What I Think. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Imran [3]: 191
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
Akal yang berpusat diotak (al-demagh) adalah komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan secara nalar. Setelah memperoleh maupun menyimpan ini berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, bergantung kepada wadah kognitif yang dimilki seseorang. Digambarkan secara sinpel oleh ahli psikologi Seto Mulyadi bahwa ada manusia yang berwadah kognitif sebesar gelas kecil ada yang besar gelas besar, ada pula yang sampai sebesar danau. Semakin besar wadah kognitif, semakin banyak pengetahuan yang dapat diserap dan disimpan dalam kognitif orang tersebut.
Otak manusia tidak bekerja seperti media audio atau video tape recorder, yang mampu merekam seluruh informasi secara utuh. Ketika menerima informasi otak tidak langsung merekam, tapi mempertanyakan lebih dulu, ia akan memproses dan mengolahnya. Untuk memperoleh dan mengolah informasi secara efektif, otak perlumelaksanakan refleksi baik secara internal maupun secara eksternal.
Cara berfikir otak kanan dan otak kiri masing-masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berfikir dan mempunyai spesialsiasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antar keduanya. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional (membaca, menulis, simbolisme dsb). Cara berfikir otak kanan bersifat acak tidak teratur, intuitif dan holistik (perasaan, emosi, perasaan, pengenalan bentuk dan pola, visualisasi dsb)
Jika menurut bentuknya kecerdasan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Intelektual (intelegensi) praktis, yakni intelegensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sulit yang berlangsung secara cepat dan tepat
b. Intelektual (intelegensi) teoritis, yakni intelektual (intelegensi) dalam rangka mendapatkan pemikiran-pemikiran penyelesaian masalah dengan cepat dan tepat.
Kecerdasan intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang memandang masalah secara ilmiah, logis dan menyususun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang yang cerdas secara intelektual terkadang terkesan kepada logika yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan analisa yang masuk akal dan bangga dengan kereterianya kepada kaidah keilmuan. Langkah-langkah berpikir tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Pertama, kesadaran akan adanya problem. Kedua, penghimpunan data mengenai problem yang dihadapi. Ketiga, penyusuan hipotesa. Keempat, penilaian terhadap hipotesa. Kelima, pengujian
kebenaran hipotesa. Inilah lankah-langkah berpikir yang biasanya diikuti dalam memecahkan suatu problem.
2. Kecerdasan Emosional (Perasaan)
Pertama kali digagas oleh Danar Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University. Dikatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot. Mulai populer pada awal abad 21. Melalui kepopulerannya yang diangkat oleh Danar Zohar dalam bukunya Spiritual Capital dan berbagai tulisan seperti The Binding Problem karya Wolf Singer.
Gejala perasaan tergantung pada: Keadaan jasmani, Pembawaan, Keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangannya (Keluarga, Lingkungan social,pendidikan jasmani, dsb). Perasaan dapat dibagi dua kelompok yaitu:
a. Perasaan jasmani atau biologis (penglihatan, pengecapan, pendengaran dsb).
b. Perasaan rohani (perasaan ketuhanan, kesusilaan, harga diri dsb)
Kecerdasan Emosional (Perasaan) ‘kalbu’ menjadi pusat kesadaran moral. Ia memilki kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk serta mendorong manusia memilih hal yang baik dan meninggalkan yang buruk. Kecerdasan emosi ini menekankan tentang bagaimana seseorang mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain, menanamkan rasa empati, juga bagaimana cara mengalahkan emosi dengan cara memotiasi diri.
“Dan orang-orang beriman mendapat petunjuk dari Allah melalui hatinya” (QS. At-Taghabun [64]: 11)
Didalam Islam hal-hal yang berhubungan kecakapan emosi dan spiritual konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (tawadlu), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan) semua itu dinamakan akhlakul karimah. Dalam kecerdasan emosi, itulah yang dijadikan sebagai tolak ikur kecerdasan emosi (EQ) hal ini telah diajarkan oleh Rasulullah SAW emapat ratus tahun yang lalu.
Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:
1. Memahami emosi-emosi sendiri
2. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
3. Memotivasi diri sendiri
4. Memahami emosi-emosi orang lain
5. Mampu membina hubungan sosial
Kalbu “Kecerdasan Emosional (Perasaan)” berkemampuan memberikan jawaban kebajikan ketika seseorang harus memutuskan sesuatu yang sangat penting. Setiap menyuruh seseorang berbuat kebajikan seperti menyuruh untuk bersabar, dermawan,bersyukur, yang diseur ialah kalbunya dan perilaku. Bila seseorang memilki kalbu yang baik maka ia akan cendrung berbuat positif lebih besar. Kalbu juga mempunyai untuk berlapang dada. Manusia memilki tingkat kelapangan dada yang berbeda-beda. Semaikin tinggi tingkat kelapangan dada seseorang, semaikin mampu ia menerima realitas yang beragam, termasuk yang tidak menyenangkan. Tugas manusia adalah melakukan upaya agar kelapangan dada yang ada dalam jiwanya erus bertambah. Cara-cara berlapang dada adalah keimanan yang secara konkrit dapat ditingkatkan dengan banyak berdzikir.


3. Implementasi Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai upaya pengembangaan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau pandai mempergunakannya dapat berubah menjadi emas dan intan, dpat menjadi kekayaan yang berlimpah ruah. Sistem pendidikan Islam adalah system pendidikan yang berusaha menumbuh kembangkan serta membina seluruh potensi diri manusia, tanpa ada yang tertinggal dan terabaikan. Pemahaman demikian itu, diperoleh dari analisis terhadap tujuan akhir pendididkan Islam yang dirumuskan dari penelaahan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur'an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )
Eksistensi manusia dibumi ini dalam ajaran Islam adalah sebagai khalifah Allah. Khalifah adalah kedudukan tertinggi yang berfungsi sebagai wakil Allah untuk membangun dan memakmurkan bumi. Khalifah dapat berarti sebagai penguasa dan memelihara alam diperlukan pengetahuan tentang alam itu. Pengetahuan tentang alam diperoleh melalui pembacaan terhadap alam yaitu dengan cara eksperimen dan observasi. Kegitan eksperimen dan observasi ini adalah kegiatan daklam penelitian ilmiah yang selanjutnya menghasilkan ilmu pengetahuan. Kecerdasan Emosional (Perasaan) ‘kalbu’ akan mencapai puncak pengetahuan apabila manusia telah menyucikan dirinya yang ditandai oleh adanya ilham (bisikan suci dari Allah). Dengan qalbu yang berfungsi optimal dimungkinkan bagi seseorang untuk mendapatkan pengetahuan langsung dari Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, bila seseorang telah berusaha memcahkan, maka upaya penyucian diri Allah.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS. Al-Baqarah[2]: 30)
Tugas manusia dibumi ini sebagaimana telah diuraikan diatas memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai khalifah dan pengabdi Allah. Untuk mewujudkan fungsi sebagai khalifah manusia harus memilki kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang diberi ilmu pengetahuan dan sarana untuk memperolehnya, memilki kapasitas pengembangan ilmu dan daya nalar, mampu mengembangkan pemikiran, pengamatan, analisi. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa manusia memilki seperangkat kemampuan (potensi dasar) yang akan dikembangkan melalui pendidikan. Pengembangan dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan adalah pengembangan akal (intelektual). Sedangkan pengembangan kalbu (emosional) merupakan pengembangan dalam bidang ibadah. Sehingga manusia yang akan dibentuk dalam islam adalah manusia yang berkembang akal dan kalbunya.

BAB III
KESIMPULAN
Kecerdasan intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang memandang masalah secara ilmiah, logis dan menyususun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang yang cerdas secara intelektual terkadang terkesan kepada logika yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan analisa yang masuk akal dan bangga dengan kereterianya kepada kaidah keilmuan Kecerdasan Emosional (Perasaan) ‘kalbu’ menjadi pusat kesadaran moral. Ia memilki kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk serta mendorong manusia memilih hal yang baik dan meninggalkan yang buruk. Kecerdasan emosi ini menekankan tentang bagaimana seseorang mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain, menanamkan rasa empati, juga bagaimana cara mengalahkan emosi dengan cara memotiasi diri.
Pendidikan sebagai upaya pengembangaan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau pandai mempergunakannya dapat berubah menjadi emas dan intan, dpat menjadi kekayaan yang berlimpah ruah. Sistem pendidikan Islam adalah system pendidikan yang berusaha menumbuh kembangkan serta membina seluruh potensi diri manusia, tanpa ada yang tertinggal dan terabaikan. Pemahaman demikian itu, diperoleh dari analisis terhadap tujuan akhir pendididkan Islam yang dirumuskan dari penelaahan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
Bila Akal (Kecerdasan Intelektual) Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini juga cendrung seimbang dalam setiap kehidupan mereka dan Qalbu (Kecerdasan Emosional) bekerja secara optimal, maka produk yang keluar dari orang yang bersangkutan adalah produk yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar, 2001. Rahasia Sukses membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga
Akyas Azhari. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Penerbit Mizan Publika
Bahrudin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islam. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
Bimo Wagito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi offiset
Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan Terjemah,
Fuad Nashori. 2003. Potensi-Potensi Manusia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
Hamruni. 2009. Edutainment Dalam Pendidikan Islam Dan Teori-eori Pembelajaran Quantum. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Yogyakarta
Hamruni. 2009. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Yogyakarta
Kangncep@gmail.com Kumpulan Hadist-Hadist Shahih
Rany Yunita.blogspot.com
Sutrisna Surya Dilaga. 2007. The Balance Ways. Jakarta: Penerbit Mizan Publika
Utsman Najati. 2004. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Pustaka
www.google.com
www.wikivedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih