Minggu, 24 Juni 2012

LIMA CARA ALLAH MENYATAKAN TUJUAN HIDUP

1. Allah menyatakan tujuan hidup melalui sebuah peristiwa 
Cara menemuan hidup seseorang ditunjukkan dengan peristiwa yang di alaminya sendiri ataupun peristiwa yang dia lihat, perhatikan atau amati. Dan kemudian, melalui peristiwa itulah pada akhirnya ia menemukan panggian di hatinya untuk melakukan sesuatu agar menjadi jawaban atas peristiwa itu. Penemuan tujuan hidup ini pun dapat diperoleh karena adanya informasi tentang sebuah peristiwa sejarah, berita, ataupun kisah hidup dari tokoh-tokoh yang dia kagumi yang begitu menginspirasi kehidupannya.
 2. Allah menyatakan tujuan hidup melalui perjalanan hidup selangkah demi selangkah 
Cara ini diawali dari perjalanan hidup yang dilalui setahap demi setahap yang akhirnya tanpa sadar mengarahkan hidup seseorang pada sebuah panggilan yang spesifik. Setiap pengalaman yang dialaminya di waktu-waktu sebelumnyaterlihat seperti rangkaian sistematis yang sebenarnya merupakan pengalaman yang memperlengkap dirinya untuk melakukan apa yang menjadi panggilan hidupnya.
3. Allah menyatakan tujuan hidup melalui kesadaran yang bertumbuh seiring berjalannya waktu. 
Seiring bertumbuhnya kedewasaan seseorang, Tuhan mulai mengarahkannya pada kesadaran untuk berbuat sesuai yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
4. Allah menyatakan tujuan hidup melalui konfirmasi dari seseorang yang dipandang berotoritas secara rohani. 
Cara ini mungkin lebih melibatkan pihak lain yang meneguhkan apa yang menjadi arah hidup kita, mungkin karena kita tidak terlalu menyadari atau tidak terlalu jelas gambaran hidup kita itu. Pihak lain itu bukanlah orang sembarangan yang tidak memiliki kridibelitas tertentu yang layak dipertanggungjawabkan. Mereka bukanlah sebagai penentu tetapi pihak yang menegaskan.
5. Allah menyampaikan tujuan hidup kita melalui hubungan pribadi kita dengan Tuhan 
Cara penemuan arti hidup atau tujuan hidup seseorang melalui hubungan yang di bangunnya dengan sang pemilik kehidupan itu sendiri. Cara ini lebih mengacu pada inspirasi yang diperoleh karena proses perenungan.

Jumat, 01 Juni 2012

ASPEK-ASPEK KEMANUSIAAN

Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Biasanya para ilmuan melihat manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah aspek kerohaniannya. Manusia akan menjadi sungguh-sungguh manusia kalau ia mengembangkan nilai-nilai rohani (nilai-nilai budaya), yang meliputi: nilai pengetahuan, keagamaan, kesenian, ekonomi, kemasyarakatan dan politik. Howard Gardner (1983) menelaah manusia dari sudut kehidupan mentalnya khususnya aktivitas intelegensia (kecerdasan). Menurut dia, paling tidak manusia memiliki 7 macam kecerdasan yaitu: 1. Kecerdasan matematis/logis: yaitu kemampuan penalaran ilmiah, penalaran induktif/deduktif, berhitung/angka dan pola-pola abstrak. 2. Kecerdasan verbal/bahasa: yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kata/bahasa tertulis maupun lisan. (sebagai materi pelajaran di sekolah berhubungan dengan kecerdasan ini). 3. Kecerdasan interpersonal: yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan berelasi dengan orang lain, berkomunikasi antar pribadi. 4. Kecerdasan fisik/gerak/badan: yaitu gerakan mengatur gerakan badan, memahami sesuatu berdasar gerakan. 5. Kecerdasan musikal/ritme: yaitu kemampuan penalaran berdasarkan pola nada atau ritme. Kepekaan akan suatu nada atau ritme. 6. Kecerdasan visual/ruang/spasial: yaitu kemampuan yang mengandalkan penglihatan dan kemampuan membanyangkan obyek. Kemampuan menciptakan gambaran mental. 7. Kecerdasan intrapersonal: yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran kebatinannya seperti refleksi diri, kesadaran akan hal-hal rohani. Kecerdasan inter dan intra personal ini. Selanjutnya oleh Diniel Goleman (1995) disebut dengan kecerdasan emosional. Ternyata pula bahwa sebagian besar kegiatan kecerdasan logis matematis dan kecerdasan verbal bahasa dilakukan dibelahan otak kiri. Sedangkan kegiatan kecerdasan lainnya dilakukan pada otak kanan (intrapersonal, interpersonal, visual-ruang, gerak-badan, dan musik-ritme). Penting pula dengan demikian bahwa nilai akademik dan tingkah laku dibedakan. Hukuman akademik dan hukuman “kepribadian” dipisahkan. Saying bahwa hanya kecerdaasan logis-matematis dan verbal-bahasa yang dikembangkan di sekolah, sedangkan yang lainnya hanya sedikit sekali. Hal ini tentu merugikan siswa sebab tidak semua bakat dan kemampuannya diekspolarasi dan dikembangkan, dan juga fatal bagi sebagian siswa yang memiliki kelebihan kecerdasan di otak kanan. Betapa pentingnya didalam dunia pendidikan kita mengusahakan proses pembelajaran dan pendidikan yang mengembangkan aktivitas baik otak kanan maupun otak kiri, yang mengembangkan semua aspek kemanusian perseorangan. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidaktahuan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan Sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan oleh rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis dan manusiawi.