Kamis, 02 Oktober 2014

MENUJU KEIMANAN MERAIH KESEHATAN DENGAN PUASA TARWIYAH DAN ARAFAH



Sejarah Puasa Tarwiyah dan Arafah
Puasa arafah 9 Dzulhijjah dan puasa tarwiyah 8 Dzulhijjah adalah memperingati kisah ketaatan Nabiullah Ibrahim as saat ia bermimpi menyembelih anaknya Nabiullah Ismail as.
Diriwayatkan Nabi Ibrahim adalah seorang yang sangat taat kepada perintah Allah SWT. Beliau telah terbiasa melakukan ibadah dengan banyak sekali binatang kurban. Biasanya pada masa haji jaman beliau, ia rutin menyembelih 1000 ekor domba, 100 ekor sapi, dan 10 ekor unta. Kehebatan berkurbannya itulah yang mendatangkan decak kagum masyarakat kala itu. Sekali waktu terucap oleh beliau: "Kurban seperti ini adalah hal yang biasa bagiku, bila Allah perintahkan aku untuk menyembelih anakku pasti aku akan lakukan". Suatu pernyataan kehambaan seorang nabi kepada Tuhannya, dan keikhlasannya untuk melakukan apapun demi perintah Allah.
Nabi Ismail adalah keturunan nabi Ibrahim buah cinta pernikahannya dengan Siti Hajar. Anak yang sangat rupawan dan tampan sangat dicintai oleh Ibrahim as. Suatu saat Nabi Ibrahim bermimpi ia diperintahkan untuk menyembelih Ismail kecil. Mimpi pada malam pertama tidak begitu ia hiraukan walaupun sudah mengusik hatinya. Malam kedua, ia kembali bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya. Kali ini ia mulai berfikir-fikir dan mengajak isteri dan anaknya untuk berbagi pendapat soal perintah Allah tersebut. Saat-saat dimana Ibrahim berpikir dalam kemelut dan kerinduan seorang nabi kepada Allah inilah yang kita peringati dalam puasa tarwiyah yang artinya berfikir-fikir. Sebuah perilaku suci, kejadian besar bagi seorang hamba mengatur, mengolah, mensinergikan cinta kepada dunia menjadi bentuk cinta kepada sang pencipta. Siti Hajar dan Ismail berkata dengan tulus ikhlas menekan segala cinta dunia, "kalau memang menyembelih Ismail adalah perintah dariNya, maka harus dilaksanakan, tanpa ragu tanpa takut"
Keesokan harinya, Nabi Ibrahim kembali bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya. Jelaslah sudah, yakin dengan keyakinan yang kuat bahwa mimpi itu adalah perintah dari Allah dan bukan mimpi biasa. Saat-saat dimana Ibrahim as telah mengenali dan yakin perintah menyembelih anaknya datangnya dari Allah itu hingga saat ini diperingati oleh umat muslim dengan puasa sunah arafah yang artinya mengenali. Keyakinan dan hati yang tulus ikhlas dari seorang hamba beserta keluarga atas perintah Allah adalah saat suci yang hanya bisa muncul dari rahmat dan kasih sayang Ilahi.
Saat pelaksanaan kurban tiba dan Ismail siap hendak disembelih oleh Allah digantikanlah posisi Ismail dengan seekor qibas (domba) dari surga yang sangat gemuk, sehat dan cantik. Demikian hingga sekarang berkurban menjadi ibadah paling fenomenal karena berkaitan dengan sejarah polemik batin seorang hamba Allah beserta keluarga yang sangat tulus ikhlas hatinya.

Niat Puasa  Tarwiyah dan Arafah
 
Nawaitu sauma tarwiyata sunnatal lillahi ta’ala
artinya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”
Nawaitu sauma ‘arafata sunnatal lillahi aa’ala
Artinya:“Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala.”

 Keutamaan Puasa  Tarwiyah dan Arafah
Keutamaan puasa Arafah ini seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah Rahimahullah. Rasulullah SAW bersabda:
Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas. (HR. Muslim)
Sementara puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan hadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.
Lagi pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:

Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)

Manfaat Puasa Bagi Agama, Diri dan Kesehatan
Puasa Arafah dan tarwiyah sangat dianjurkan untuk turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan oleh para jemaah haji sedang menjalankan ibadah di tanah suci.        Berpuasa akan memberikan manfaat yang sangat besar kepada kesehatan manusia. Tidak ada orang yang mati kerena berpuasa dengan cara yang benar dan tidak melebihkan maupun tidak mengurangi ajaran berpuasa itu sendiri. Malahan banyak orang yang akhirnya sembuh dari sakitnya kerena ia berpuasa seperti puasa Nabi. Nabi Muhammad SAW tidak mekan berlebihan baik ketika Beliau berpuasa maupun ketika Beliau tidak berpuasa.
            Walaupun satu hari, puasa itu cukup memberikan manfaat kepada kesehatan. Rasa Syukur akan bertambah. Keimanan juga seperti disiram dengan air segar lagi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang mengharap ridha hanya dari Allah SWT.



 

Senin, 18 Agustus 2014

NILAI-NILAI KEMERDEKAAN KINI DAN ESOK



Peristiwa yang memiliki nilai simbolik tinggi akan lebih mengandung makna dalam sejarah perjalanan suatu bangsa, apa lagi perjalanan sejarah dalam rangka merebut kemerdekaan perjuangan bangsa Indonesia.
Nilai, dalam KBBI (1994: 690) adalah harga (dalam arti taksiran harga). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi online kemerdekaan memiliki arti ke.mer.de.ka.an[n] keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dsb); kebebasan: Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemerdekaan adalah harga dan kondisi dimana kita memiliki kebebasan atau kehendak bebas terhadap bentuk apapun yang mengekang diri kita. Tidak bergantung pada apapun atau siapapun. Pertanyaannya apakah hal tersebut mungkin?
Merdeka adalah sebuah kata yang sering kita dengar dan kita sebutkan, bahkan mungkin kita lafalkan, sering kita dengungkan dalam keseharian. Namun kata itu hanya sekedar kata tanpa makna. Pernahkah kita tahu apa itu Merdeka dalam arti yang sesungguhnya? Merdeka mungkin saja kita artikan berbeda-beda dalam kehidupan kita. Jadi ingat lagu sewaktu jaman dulu masih sekolah :
Tujuh belas Agustus tahun 45
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka, nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka, sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap, setia, tetap setia, mempertahankan Indonesia
Kita tetap, setia, tetap setia, mempertahankan Indonesia
           
Mari kita cari tahu apa sebenarnya arti kata merdeka itu dari beberapa contoh realita lapisan masyarakat yang ada disekitar kita. Semakin penting suatu peristiwa, maka akan semakin tinggi pula nilai simbolik yang terkandung di dalamnya.  Pada jaman perjuangan kata Merdeka begitu dielu-elukan dan didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bangsa kita. Merdeka pada masa itu adalah dalam arti terlepas dari belenggu cengkeraman penjajah. Melepaskan diri dari penjajahan. Menjadi sebuah Negara yang mandiri dan berdaulat. Pada masa itu merdeka adalah kata yang sangat sakral dan penuh makna. Merdeka adalah sebuah cita-cita yang luhur. Merdeka adalah sebuah tujuan hidup. Bahkan pendahulu kita mempunyai semboyan yang sangat popular di kalangan masyarakat kita yaitu : Merdeka ataoe Mati. Kata Merdeka disepadankan dan dipertaruhkan dengan nyawa.
            Pada jaman sekarang, pada masa kita kini, pada era globalisasi, apakah kata merdeka masih mempunyai nilai yang sama dengan jaman perjuangan dahulu yaitu disepadankan dengan nyawa kita sebagai taruhannya? Apakah kita masih memperjuangkan kata merdeka dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah masih penting sebuah kata Merdeka tertanam dan didengungkan di benak kita? Untuk apa kemerdekaan itu sesungguhnya? Bagi siapa kemerdekaan itu diperuntukkan? Siapakah yang berhak untuk Merdeka? Dan masih banyak pertanyaan yang berkaitan dengan kata Merdeka lainnya.
Namun dalam usia yang sudah sedemikian “sepuh” bangsa Indonesia disadari atau tidak, masih terus saja berada dalam situasi “pasang surut”, bahkan aneka problematika bangsa justru menjadi faktor penghambat utama kelancaran proses dalam mengisi nilai-nilai kemerdekaan, seperti problematika pengangguran, angka kemiskinan masih meningkat meski klaim pemerintah menurun. TKI yang katanya pahlawan devisa masih menjadi barang komoditas eksploitasi. Biaya pendidikan semakin mahal, penguasaan asing atas SDA semakin mencengangkan. Kondisi ini semakin memprihatinkan, ketika kita sadari ternyata Indonesia tampil menjadi juara impor untuk keperluan barang-barang pokok: beras, jagung, gula, kedelai dan buah-buahan. Sementara itu praktik-praktik KKN terus “menjamur”, menjadi budaya bagi pejabat publik di berbagai instansi pemerintah dan sudah menjadi rahasia umum yang semakin menggelikan untuk disaksikan: Institusi DPR terindikasi sebagai industri mafia (anggaran, legislasi, pengawasan). Bahkan praktik-praktik KKN telah menjadi identitas dari bangsa besar bernama Indonesia. Problematika persoalan bangsa semakin diperparah dengan aksi-aksi terorisme, bagai komoditas politik yang asyik dilakoni oleh kelompok-kelompok tertentu. Di lain pihak, aparat penegak hukum masih tunggang langgang mendiskreditkan hukum dan keadilan masyarakat: Sungguh “jauh panggang dari api”. Praktik-praktik kekuasaan yang dipaparkan ini, sejatinya merupakan bentuk kolonialisme gaya baru berjubah demokrasi.
Perjuangan mengisi kemerdekaan macam apa yang dapat kita harapkan, bila perilaku para elite dan pemimpin negeri tanpa landasan moralitas dan  tak sensitif terhadap aneka problematika yang menghimpit rakyat kecil dari hari ke hari. Perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Nilai dasar perjuangan berperan sebagai pemicu membangkitkan semangat bangsa dalam upaya pengimplementasian pelaksanaan pembangunan di segala bidang.
Dalam upaya mengisi dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, banyak cara yang agar tercipta kehidupan masyarakat yang adil dan makmur merata secara material dan spiritual itu terwujud, diantaranya sbb:
1.      Nilai Persatuan dan Kesatuan. Nilai persatuan dan kesatuan bangsa ini sangat penting untuk mempertahankan keutuhan bangsa agar tidak tercerai-berai. Apabila Negara kita tidak utuh, maka dapat dipecah-belah sehingga mudah dihancurkan dan dikuasai bangsa lain.
2.      Nilai Rela Berkorban. Nilai rela berkorban sangat diperlukan, baik pada masa perjuangan maupun pada masa sekarang. Nilai rela berkorban itu menjadi semakin lebih bermakna apabila teraplikasi dalam bentuk perbuatan.
3.      Nilai Kemanusiaan. Nilai kemanusiaan sangat penting dalam upaya mengisi dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nilai kemanusiaan digunakan untuk memperkuat kepribadian bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dalam berbagai bidang kehidupan. Nilai kemanusiaan itu merupakan pengalaman dari nilai yang tercantum dalam pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
4.      Nilai Musyawarah Mufakat. Nilai musyawarah dan mufakat sudah menjadi sifat bangsa Indonesia sejak masa lampau didalam mengambil suatu keputusan, agar dapat saling menghormati pendapat masing-masing orang, sehingga dapat terhindar dari perrselisihan dan pertikaian antarsesama, baik dalam bentuk kecil maupun besar.
5.      Nilai Kerja Sama. Nilai kerja sama sangat dibutuhkan dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan yang digunakan untuk menjalin kerja sama antar sesama golongan atau kelompok di masyarakat. Terjalinnya kerja sama yang di segala bidang kehidupan dapat mencerminkan eratnya hubungan masyarakat dalam mencapai cita-cita bangsa.
6.      Nilai Saling Menghargai. Nilai menghargai ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan saling menghargai perbedaan yang dimiliki masing-masing warga Negara Idonesia.
7.      Nilai Cinta Tanah Air dan Bangsa. Adanya rasa cinta dari setiap warga negara terhadap negara Indonesia, maka setiap warga negara wajib membangun negaranya untuk mencapai tingkat kemajuan dan peningkatan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
            Dengan demikian, melalui peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-69 tahun dapat kiranya dijadikan sebagai momentum untuk melakukan refleksi nasional: Memaknai kembali nilai-nilai yang terkandung dalam spirit kemerdekaan untuk mewujudkan suatu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.  Semoga.