Sabtu, 06 Juni 2015

YOU CAN DO IT (SIKAP PERCAYA DIRI ITULAH KUNCINYA)

Taburlah pemikiran maka anda akan menuai tindakan
Taburlah tindakan dan  Anda akan menuai kebiasaan
Taburlah kebiasaan dan Anda akan menuai Karakter
Taburlah karakter dan anda akan menuai masa depan (Relp Waldo Emerson)
            Manusia dalam Cermin
Bila anda mendapatkan apa yang anda inginkan dalam pergumulan dengan diri sendiri dan membuat andan merasa bagaikan raja dalam sehari pergilah bercermin dan tataplah diri anda dan lihatlah apa yang dimiliki orang tersebut karena bukanlah Ayah, Ibu atau istri seseorang yang penilaiannya terhadap diri anda membuat anda lulus.
Orang yang sepanjang hidupnya membuat keputusan yang berharga adalah bayangan orang yang menatap kembali dari cermin tersebut ia adalah manusia hendak dipuaskan, tidak peduli sekelilingnya karena ia ada bersama anda hingga pada akhirnya dan anda telah berhasil melewati ujian tersulit dan berbahaya bila manusia dalam cermin itu adalah kawan anda.
Kapan saja anda dapat menipu seluruh dunia dan mendapatkan tepukan ketika anda lewat tetapi yang akan anda peroleh hanyalah sakit hati dan tangisan bila anda telah menipu si manusia dalam cermin.
            Dunia adalah cerminan Anda
  1. Anda harus mencintai diri sendirinsebelum orang lain mencintai anda.
  2. Siapa perduli pada pendapat orang lain tentang diri anda? Yang paling penting adalah pendapat anda tentang diri sendiri, perlu adanya tazkiyatun nafs guna “merenungi sikap dan perilaku diri sendiri kepada manusia dan kepada Tuhan”
  3. Anda dapat menipu banyak orang kapan anda inginkan, tetapi anda tidak dapat menipu diri sendiri.
Ø  Niat ikhlas
Ø  fokus dan
Ø  Konsisten (Istiqamah)
Allah SWT telah berjanji dalam al-Qur’an:

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S. Ar Ra’d [13]: 11)

Selasa, 07 April 2015

PSIKOLOGI SUAMI ISTRI



Perkawinan adalah menejemen ketidakcocokan,” kata Sophan Sophian dalam mempertahankan keharmonisan dan romantisme kehidupan perkawinan dengan Widyawati. “Tugas kita adalah bagaimana membikin perbedaan itu menjadi menyenangkan. Kalau dibiarkan perbedaan itu akan menjadi bola salju yang terus membesar.”  (Kompas, 15 September 2004)

            Hubungan yang baik dan harmonis antara laki-laki dan perempuan (suami-istri) tidaklah terjadi begitu saja. Tetapi memerlukan usaha yang besar dari kedua belah pihak. Namun demikian dalam waktu yang sama kita tidak bias mengatakan bahwa usaha keras tersebut harus dilakukan secara terus menerus tanpa henti, tetapi harus ada jeda untuk istirahat dan relaks.
            Perempuan dengan naluri keperempuanannya mengetahui dengan jelas bahwa hubungan yang baik pasti merupakan buah dari usaha yang telah dikerahkan. Disisi lain seorang laki-laki, karena naluri kelelakiannya, berbeda dengan perempuan dalam memandang masalah ini, dimana perasaan laki-laki “dalam hal pekerjaan, harus mencurahkan usaha yang besar untuk menyelesaikannya. Sementara ketika sudah kembali ke rumah ia memanfaatkan waktunya untuk istirahat atau relaks.” Hal ini merupakan kesenangan kaum laki-laki.
            Pada masa sekarang materi memainkan peran yang besar dalam menciptakan permasalahan antara laki-laki dan perempuan. Namun demikian meslipun kita yakin, terkadang materi menjadi sebab terjadinya permasalahan antara meraka berdua, tetapi sebab sebenarnya adalah tidak adanya saling memahami antara laki-laki dan perempuan. Bukan karena materi itu sendiri. Hubungan laki-laki dan perempuan pada masa sekarang berbeda dengan seratus tahun yang lalu, atau bahkan lima puluh tahun lalu. Pada masa sekarang hubungan tidak dapat dibangun hanya dengan di atas dasar kasih sayang dari pihak laki-laki terhadap perempuan dan perempuan terhadap laki-laki. Perlu diketahui kebutuhan-kebutuhan tersebut sekarang telah berubah dan tidak dapat disamakan dengan yang terjadi pada masa lalu.
            Cinta sejati menurut kaum laki-laki adalah bila tidak ada usaha untuk melakukan perubahan, sehingga kitaka seorang laki-laki mengetahui ada seorang perempuan yang sesuai dan terkadang ditemukan melalui pencarian yang panjang, maka ia akan membuka ruang hatinya, mencintai perempuan tersebut dan menerimanya apa adanya. Inilah seorang laki-laki dan tentu ia berharap adanya sikap yang sama dari pihak perempuan, yaitu perempuan tersebut menerima dia dengan apa adanya an tidak ada upaya untuk merubah cinta tersebut. Namun sesungguhnya cinta sejati menurut perempuan tidaklah seperti itu. Seorang perempuan ketika memilih laki-laki yang akan dijadikan teman hidupnya, ia mencari seorang laki-laki yang bisa membuat dia bahagia dan laki-laki tersebut punya kesiapan untuk berubah pada masa yang akan datang. Beginilah tabiat seorang perempuan.
            Ini adalah kebenaran atau teori yang sudah pasti. Kita semua harus mengetahuinya dan menerima kodrat yang demikian ini. Dunia perempuan berbeda dengan dunia laki-laki dan masing-masing dunia tersebut penuh dengan rahasia-rahasia. Agar kita bisa senang, hidup dengan tenang dan dapat menikmati kebahagiaan, maka kita harus mengenal rahasia-rahasia tersembunyi yang merupakan tabiat satu sama lain. Antara laki-laki dan perempuan.
            Pembaca yang budiman, hal paling baik yang bisa kita lakukan agar terhindar dari permasalahan-permasalahan rumah tangga, hendaknya kita meyakini bahwa kita sebagai laki-laki maupun perempuan tidak tumbuh pada dunia yang sama (tabiat keduanya berbeda). Kita juga harus senantiasa mengingatkan diri kita sendiri akan perbedaan tersebut. Sungguh, tabiat kita berbeda dan kita harus mengakui hal tersebut. Inilah yang akan meringankan kegelisahan, kemarahan, kejengkelan, dan aneka beban lainnya. Bila salah satu di antara kita lupa akan hal tersebut, selaknya kita saling mengingatkan. Bila kita ingin bertindak menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dengan lawan jenis kita, dan ingin menikmati hidup dengan tenang dan bahagia, serta tidak muncul permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan lawan jenis kita, dan ingin menikmati hidup dengan tenang dan bahagia, serta tidak muncul permasalahan-permasalahan yang tidak diinginkan yang akan berpengaruh negatif pada kehidupan kita, maka kita harus mengenali secara baik diri kita sendiri, dan orang disekitar kita. Pengenalan ini akan membantu kita dalam memahami cara orang yang berlawanan dengan kita dalam berfikir dan memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Disadur dari Buku Psikologi Suami-Istri
Karya DR. thariq Kamal An-Nu’aimi

Senin, 02 Maret 2015

TEKNIK PENGETIKAN NASKAH MAKALAH DLL



Batas tepi pengetikan Naskah
Tepi Atas                     : 4 cm
Tepi Bawah                 : 3 cm
Tepi Kiri                      : 4 cm
Tepi Kanan                  : 3 cm
Format Tulisan            : Times New Roman Ukuran 12
Format File                  : Word RTF

Pengetikan Bab, subbab, anak subbab sbb:
A
            1
            2
            3
                        a
                        b
                        c
                                    1)
                                    2)
                                    3)
                                                a)
                                                b)
                                                c)
                                                            (1)
                                                            (2)
                                                            (3)
Cara penulisan footnote adalah sebagai berikut:
Buku: nama penulis, judul buku (italic), kurung buka, kota penerbitan, titik dua, nama penerbit, tahun terbit, kurung tutup, h., nomor halaman, titik.
Contoh:
1 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 17.
Skripsi/Tesis: nama penulis, “judul skripsi/tesis ditulis tegak dalam dua tanda petik,” skripsi/tesis (italic), kurung buka, kota, titik dua, nama Perguruan Tinggi, tahun, kurung tutup, h., nomor halaman, titik.
Contoh:
1 M. Ali Nuruddin, “Zakat (Pajak) sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal,” Tesis, tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Program Pasca­sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogya­karta, 2003), hlm. 99.
Artikel dalam Jurnal/Media Massa: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda petik”, sumber artikel (italic), nomor atau edisi, tahun, h., nomor halaman , titik.
Contoh:
1 Sukidi Mulyadi, “Violence under The Banner of Religion: The Case of Laskar Jihad and Laskar Kristus,” Jurnal Studia Islamika, Vol. 10, No. 1, 2003, hlm. 120.
2 Degung Santikarma, “Monumen, Dokumen dan Kekerasan Massal,” Kompas, 1 Agustus 2003, hlm. 12.
Artikel dalam Buku (Bunga Rampai): nama penulis artikel, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda petik”, dalam, nama editor buku, judul buku (italic), kurung buka, kota penerbitan, titik dua, nama penerbit, tahun terbit, kurung tutup, h., nomor halaman, titik.
Contoh:
1 Marwan Sholahuddin, “Mengenal Kearifan Lokal di Klepu Ponorogo: Praktik Hubungan Sosial Lintas Agama dan Mekanisme Pencegahan Konflik,” dalam Irwan Abdullah, dkk. (ed.), Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 112.
Artikel dalam Media Online: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda petik,” nama situs, tanggal akses situs.
Contoh:
1 Azyumardi Azra, “Memahami Gejala Fundamentalisme,” http://media. inset.org/ islam/etc/gejala.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2008.
Makalah Seminar: nama penulis, “judul makalah ditulis tegak dalam dua tanda petik,” makalah, nama/tema seminar, tempat pelaksanaan seminar, waktu, h., nonor halaman, titik.
Contoh:
1 Machasin, “Fundamentalisme dan Terorisme,” makalah dipresentasi­kan dalam Moslem Scholars Congress dengan tema “Reading of The Religious Texts and The Roots of Fundamentalism,” Hotel Saphir Yogyakarta, Minggu, 13 Juni 2004, hlm. 5.
4.    Daftar pustaka, menggunakan pola seperti penulisan footnote, minus keterangan halaman dengan sedikit perubahan: nama pengarang ditulis terbalik dengan mendahulukan nama belakang, dan tanda kurung pada data publikasi dihilangkan. Bibliografi disusun menurut abjad dengan mengabaikan “al-” pada nama pengarang Arab.

Contoh:
DAFTAR PUSTAKA
A. Qodri Azizy, A., Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial, Semarang: Aneka Ilmu, 2003.
al-Qusyairi, Abu al-Qasim ‘Abd al-Karim ibn Hawazin, al-Naysaburi, al-Risâlah al-Qushayriyyah, ditahqiq oleh Ma‘ruf Zurayq dan ‘Ali ‘Abd al-Hamid Balthahji, Beirut: Dar al-Khair, t.th.
Azyumardi Azra, “Memahami Gejala Fundamentalisme,” http://media.inset. org/ islam/etc/gejala.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2008.
Machasin, “Fundamentalisme dan Terorisme,” makalah dipresentasikan dalam Moslem Scholars Congress dengan tema “Reading of The Religious Texts and The Roots of Fundamentalism,” Hotel Saphir Yogyakarta, Minggu, 13 Juni 2004.
Mulyadi, Sukidi, “Violence under The Banner of Religion: The Case of Laskar Jihad and Laskar Kristus,” Jurnal Studia Islamika, Vol. 10, No. 1, 2003.
Nuruddin, M. Ali, “Zakat (Pajak) sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal,” Tesis, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogya­karta, 2003.
Santikarma, Degung, “Monumen, Dokumen dan Kekerasan Massal,” Kompas, 1 Agustus 2003.
Sholahuddin, Marwan, “Mengenal Kearifan Lokal di Klepu Ponorogo: Praktik Hubungan Sosial Lintas Agama dan Mekanisme Pencegahan Konflik,” dalam Irwan Abdullah, dkk. (ed.), Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.