قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا
دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ
جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ
الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. رواه البخاري
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)
"سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ" متفق عليه
“Ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya
pada hari tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya: Imam yang adil,
pemuda yang rajin beribadah, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan
masjid, dua orang yang saling mencintai, bertemu dan berpisah hanya karena
Allah, seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan
cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah, seorang yang menyembunyikan
sedekahnya tidak ingin dilihat orang, dan seorang yang mengingat Allah dalam
keheningan hingga menitikkan airmata.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam penyampaian Khutbah kali ini akan terfokus pada seorang yang hatinya selalu terpaut dengan
masjid. Salah satu bentuknya ialah seorang pemuda yang senantiasa menceburkan dirinya untuk memakmurkan Masjid. Kata “memakmurkan” berasal dari kata dasar
"makmur". Kata itu merupakan serapan dari bahasa Arab ( عَمَرَ – يَعْمُرُ -عِمَارَةً ) yang memiliki banyak arti. Diantaranya adalah: membangun,
memperbaiki, mendiami, menetapi, mengisi, menghidupkan, mengabdi, menghormati
dan memelihara. Kata itu dipakai oleh Allah dalam firman-Nya yang juga
menunjukkan keutamaan pemakmur masjid :
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah : 18)
Dengan demikian, arti "memakmurkan masjid” adalah membangun, mendirikan dan memelihara masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.
Nah akan sangat beda saat hal itu kejadian sama
anak muda. Soalnya anak muda kan darahnya masih panas, semangatnya masih
membara, dia masih mencari proses jati dirinya, dan logikanya pun masih sangat
labil. Tapi disisi lain, dia sanggup memblokir nafsu dan keinginan duniawinya,
dan menyalurkan semangatnya yang masih sangat hidup untuk hanya berada di jalan
allah. Maka Allah akan sangat mencintai pemuda seperti itu. Sehingga nanti di
akherat mereka langsung mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wataala.
*Teks singkat ini merupakan bahan penyampaian khutbah jum'at di Masjid SMK Talenta Bangsa