Minggu, 24 Juni 2012

LIMA CARA ALLAH MENYATAKAN TUJUAN HIDUP

1. Allah menyatakan tujuan hidup melalui sebuah peristiwa 
Cara menemuan hidup seseorang ditunjukkan dengan peristiwa yang di alaminya sendiri ataupun peristiwa yang dia lihat, perhatikan atau amati. Dan kemudian, melalui peristiwa itulah pada akhirnya ia menemukan panggian di hatinya untuk melakukan sesuatu agar menjadi jawaban atas peristiwa itu. Penemuan tujuan hidup ini pun dapat diperoleh karena adanya informasi tentang sebuah peristiwa sejarah, berita, ataupun kisah hidup dari tokoh-tokoh yang dia kagumi yang begitu menginspirasi kehidupannya.
 2. Allah menyatakan tujuan hidup melalui perjalanan hidup selangkah demi selangkah 
Cara ini diawali dari perjalanan hidup yang dilalui setahap demi setahap yang akhirnya tanpa sadar mengarahkan hidup seseorang pada sebuah panggilan yang spesifik. Setiap pengalaman yang dialaminya di waktu-waktu sebelumnyaterlihat seperti rangkaian sistematis yang sebenarnya merupakan pengalaman yang memperlengkap dirinya untuk melakukan apa yang menjadi panggilan hidupnya.
3. Allah menyatakan tujuan hidup melalui kesadaran yang bertumbuh seiring berjalannya waktu. 
Seiring bertumbuhnya kedewasaan seseorang, Tuhan mulai mengarahkannya pada kesadaran untuk berbuat sesuai yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
4. Allah menyatakan tujuan hidup melalui konfirmasi dari seseorang yang dipandang berotoritas secara rohani. 
Cara ini mungkin lebih melibatkan pihak lain yang meneguhkan apa yang menjadi arah hidup kita, mungkin karena kita tidak terlalu menyadari atau tidak terlalu jelas gambaran hidup kita itu. Pihak lain itu bukanlah orang sembarangan yang tidak memiliki kridibelitas tertentu yang layak dipertanggungjawabkan. Mereka bukanlah sebagai penentu tetapi pihak yang menegaskan.
5. Allah menyampaikan tujuan hidup kita melalui hubungan pribadi kita dengan Tuhan 
Cara penemuan arti hidup atau tujuan hidup seseorang melalui hubungan yang di bangunnya dengan sang pemilik kehidupan itu sendiri. Cara ini lebih mengacu pada inspirasi yang diperoleh karena proses perenungan.

Jumat, 01 Juni 2012

ASPEK-ASPEK KEMANUSIAAN

Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Biasanya para ilmuan melihat manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah aspek kerohaniannya. Manusia akan menjadi sungguh-sungguh manusia kalau ia mengembangkan nilai-nilai rohani (nilai-nilai budaya), yang meliputi: nilai pengetahuan, keagamaan, kesenian, ekonomi, kemasyarakatan dan politik. Howard Gardner (1983) menelaah manusia dari sudut kehidupan mentalnya khususnya aktivitas intelegensia (kecerdasan). Menurut dia, paling tidak manusia memiliki 7 macam kecerdasan yaitu: 1. Kecerdasan matematis/logis: yaitu kemampuan penalaran ilmiah, penalaran induktif/deduktif, berhitung/angka dan pola-pola abstrak. 2. Kecerdasan verbal/bahasa: yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kata/bahasa tertulis maupun lisan. (sebagai materi pelajaran di sekolah berhubungan dengan kecerdasan ini). 3. Kecerdasan interpersonal: yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan berelasi dengan orang lain, berkomunikasi antar pribadi. 4. Kecerdasan fisik/gerak/badan: yaitu gerakan mengatur gerakan badan, memahami sesuatu berdasar gerakan. 5. Kecerdasan musikal/ritme: yaitu kemampuan penalaran berdasarkan pola nada atau ritme. Kepekaan akan suatu nada atau ritme. 6. Kecerdasan visual/ruang/spasial: yaitu kemampuan yang mengandalkan penglihatan dan kemampuan membanyangkan obyek. Kemampuan menciptakan gambaran mental. 7. Kecerdasan intrapersonal: yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran kebatinannya seperti refleksi diri, kesadaran akan hal-hal rohani. Kecerdasan inter dan intra personal ini. Selanjutnya oleh Diniel Goleman (1995) disebut dengan kecerdasan emosional. Ternyata pula bahwa sebagian besar kegiatan kecerdasan logis matematis dan kecerdasan verbal bahasa dilakukan dibelahan otak kiri. Sedangkan kegiatan kecerdasan lainnya dilakukan pada otak kanan (intrapersonal, interpersonal, visual-ruang, gerak-badan, dan musik-ritme). Penting pula dengan demikian bahwa nilai akademik dan tingkah laku dibedakan. Hukuman akademik dan hukuman “kepribadian” dipisahkan. Saying bahwa hanya kecerdaasan logis-matematis dan verbal-bahasa yang dikembangkan di sekolah, sedangkan yang lainnya hanya sedikit sekali. Hal ini tentu merugikan siswa sebab tidak semua bakat dan kemampuannya diekspolarasi dan dikembangkan, dan juga fatal bagi sebagian siswa yang memiliki kelebihan kecerdasan di otak kanan. Betapa pentingnya didalam dunia pendidikan kita mengusahakan proses pembelajaran dan pendidikan yang mengembangkan aktivitas baik otak kanan maupun otak kiri, yang mengembangkan semua aspek kemanusian perseorangan. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidaktahuan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan Sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan oleh rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis dan manusiawi.

Rabu, 16 Mei 2012

KEDUDUKAN PENDIDIK DALAM PANDANGAN ISLAM

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Penghargaan sangat menghargai ilmu pengetahuan, perlu untuk dicermati tulisan Asma Hasan Fahmi (1979) a. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada. b. Orang yang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, yang berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan melebihi seseorang yang berperang di jalan Allah. c. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak diisi kecuali oleh seseorang yang alim lainnya. Ada penyebab khusus mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya bersumber dari Tuhan. Firman Allah: Tidak ada pengetahun yang kami miliki Kecuali yang engkau ajarkan kepada kami (Al-Ayat) Ilmu datang dari Tuhan, guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang islam bahwa ilmu tidak terpisah dari guru, maka kedudukan guru amat tinggi dalam islam. Al-Ghazali dalam Ihya’Ulumuddin,sebagaimana dikutip al-Abrasyi mengatakan:”Seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu. Dialah yang berkerja di bidang pendidikan. Sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, maka hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya ini.” Penyair Syauki telah mengakui pula nilai seseorang guru dengan kata-katanya, yang terjemahannya sbb: Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir merupakan seseorang rasul (utusan). Di dalam proses pendidikan yang berencana atau formal, proses ini mempunyai batas-batas kejelasan antara pendidik dengan anak didik. Karena pendidik itu sebagai warasatul ambiya’, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. Harus mengetahui terlebih dahulu apa yang perlu diajarkan. Kedudukannya sebagai pendidik mengharuskan dia mempelajari atau mendapatkan Informasi tentang materi yang akan diajarkan. b. Harus mengerti secara keseluruhan bahan yang perlu diberikan kepada anak didiknya. c. Harus mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan menghubungkan dengan konteks komponen-komponen yang lain secara keseluruhan. Islam sudah memberikan pola tentang bagaimana way of thingking dan way of live yang perlu dikembangkan melalui proses edukasi. d. Harus mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat. e. Harus dapat mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang dan sudah dilakukan. f. Harus dapat memberikan hadiah (tabsyir/reward) dan hukuman (tandzir/punnishment) sesuai dengan usaha dan daya capai anak didik di dalam proses belajar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 119: Sesungguhnya kami Telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.

Sabtu, 07 April 2012

ETOS KERJA ISLAMI

Etos kerja islami adalah watak/ karakter dan kebiasaan kerja orang Islam yang terpancar dari akidah Islamiyah yang berkenaan dengan kerja sebagai sikap mendasar dalam dirinya. Etos kerja seseorang terbentuk oleh adanya motivasi yang terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap kerja. Sikap itu mungkin berasal dari akal dan atau pandangan hidup/nilai-nilai yang terkait tanpa harus terkait dengan Iman atau ajaran agama. Khusus bagi orang yang beretos kerja Islami, etos kerjanya berdasarkan dari sistem keimanan/aqidah Islam berkenaan dengan kerja yang didasarkan dari ajaran wahyu bekerjasama dengan akal. Sistem keimanan itu menjadi sumber motivasi bagi terbentuknya etos kerja Islami sebagai agama amal atau agama kerja.
Bahwasanya untuk mendekatkan diri serta memperoleh ridho Allah, seorang hamba harus melakukan amal sholeh yang dikerjakan dengan ikhlas hanya karna Dia, yakni dengan memurnikan tauhid, sesuai dengan Q.S. al-kahfi [18]: 110
…             
“…barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Adapun ciri-ciri orang yang beretos kerja Islami tinggi adalah sebagai berikut:
1. Aktif, suka bekerja keras, bersemangat dan hemat
2. Tekun, professional, Efisien, kreatif, jujur, disiplin dan bertanggung jawab
3. Mandiri, rasional serta mempunyai visi jauh kedepan
4. Percaya diri namun mudah bekerjasama dengan orang lain
5. Sederhana, tabah, dan ulet serta sehat jasmani dan rohani
Jadi secara lahiriyah serupa dengan ciri-ciri orang beretos kerja tinggi pada umumnya. Sejarah telah membuktikan bahwasanya akidah Islam berpotensi besar untuk menjadi sumber motivasi yang mampu merubah serta membangun sikap hidup mendasar, karakter, serta kebiasaan perilaku manuisa dalam arti amat positif. Nabi Muhammad SAW memiliki STAF yakni Sidik, Tabligh, Amanah dan Fathanah. Akidah yang berhasil ditanamkan Nabi SAW kepada para pengikutnya ketika beliau menjadi rasul terbukti telah menimbulkan kemajuan (termasuk etos kerja Islami) yang luar biasa pada sejumlah besar dari mereka: orang-orang muhajirin dan orang-orang anshor, bahkan orang-orang yang sebelumnya termasuk “komunitas jahiliyah”. Pada etos kerja ini secara dinamis selalu mendapat pengaruh dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, sesuai kodrat manusia selaku makhluk yang saling berpengaruh (psikofisik) yang tidak kebal dari berbagai rangsang, baik langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, terbentuknya etos kerja Islami melibatkan banyak faktor dan tidak hanya terbentuk secara murni oleh satu atau dua faktor tertentu.

Minggu, 04 Maret 2012

KERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kerja merupakan kodrat hidup manusia sekaligus cara memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kerja juga menjadi jalan utama mendekatkan diri kepada Tuhan. Kedudukannya dalam Islam amat tinggi, yakni menempati peringkat kedua setelah iman. Kerja juga dapat menghapus dosa. Jadi jika setiap kerja yang mendapat ridha Allah, mestinya diposisikan sebagai ibadah dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kaakteristik sikap hidup mulia dan muslimah. Islam memandang amat tinggi terhadap usaha dan kerja yang halal dalam rangka memperoleh rizki atau harta yang digunakan untuk amal kebaikan. Menurut Isa Abduh, al-Fanjary dan Rauf Syalabiy, bahwa Islam betul-betul agama amal yang menetapkan para pemeluknya harus beretos kerja tinggi. Bani Sadr mengatakan bahwa hubungan Al-Khaliq (pencipta) dengan makhluk (ciptaan-nya) adalah berdasarkan atas kerja. Demikian juga dalam hubungan antara manusia dengan alam.
Manusia diperintahkan untuk merenovasi nasib dan prospeknya dengan jalan bekerja dan berusaha dan menilainya sebagai salah satu macam ibadah yang berpahala di hadirat Allah itu tidak menentukan macam kerja dan usaha yang dinyatakan lebih utama dari yang lain. Usaha dan kerja apa saja selagi halal adalah baik dan terhormat. Islam telah memberikan pedoman umum tentang kerja yang menjadi dasar moralitas mereka yang bekerja. Islam tidak melarang pengikut-pengikut untuk bekerja mencari rizki yang sebanyak-banyaknya, tetapi Islam memberikan kepada mereka suatu garis pemisah yang tidak boleh dilanggar. Garis pemisah antara yang diperbolehkan dengan yang tidak diperbolehkan dilanggar. Garis pemisah antara yang diperbolehkan dengan yang tidak diperbolehkan didasarkan atas dua prinsip, yaitu halal dan kemaslahatan umum (Muhammad Yusuf Qardhawi, hal. 196).
Berpijak pada kewajiban kerja tersebut, maka kerja menjadi sangat esensial bagi kehidupan manusia di muka bumi. Jati diri manusia sebagai khalifah fil-ardhi akan memperoleh makna, bukan sekedar legitimasi formal, apabila ia mau berkreasi, mengingat cara inilah yang dipandang terhormat dalam rangka manusia memenuhi kebutuhan hidupnya secara pribadi dan secara komunal “memanusiakan manusia”. Dengan sendirinya Islam tidak memberikan penilaian positif terhadap perilaku manusia yang enggan bekerja, malas berkreasi dan jumud, tidak inovasi, tidak trampil, termasuk manusai yang sukanya mengeksploitasi orang lain. Perilaku eksploitasi ini secara sistemik ataukah tidak cendrung pada peraktek dehumanisasi secara total, setidak-tidaknya mengalami kehilangan harga diri selaku manusia.
Dengan kata lain,menunjukkan bahwa bekerja merupakan basis nilai hidup. Kualitas dan kuantitas moral dan ibadah manusia ikut ditentukan oleh modus operandi pekerjaannya, cara dan akibat yang ditimbulkannya. Makin banyak dan diversifiktif pekerjaan yang di gelutinya, maka akan banyak muncul penilaian, penghargaan, dan dampak dilahirkannya. Dengan bekerja dan berusaha, manusia akan memperoleh nilai dalam kehidupannya. Demikaian ini berarti bahwa apa yang diaktifitaskannya sepanjang hidup merupakan manifestasi eksistensi kemanusiaannya.
Wujud penghargaan yang wajib diberikan kepada pekerja sesuai dengan tuntunan Islam adalah berupa upah dari majikan (perusahaan) setelah menjalankan aktivitas kerjanya, sedangkan perusahaan menerima upah dari majikan (perusahaan) setelah menjalankan aktifits kerjanya, sedangkan perusahaan menerima kualitas sumber daya kerjanya dari pekerja demi kelancaran dan kualitas produktivitas serta peningkatan usaha-usahanya. Pekerja hadir dalam komunitas perusahaan untuk ikut “memperkaya”, meningratkan, atau meng-elit-sosial-ekonomi-kan majikan, sedangkan majikan dituntut kompetensi dan kepeduliannya untuk memperbaiki atau menginovasi kondisi dan kelayakan (kesejahteraan) hidup pekerja.

Minggu, 19 Februari 2012

STRES DAN KONFLIK

“Hidup adalah masalah dan problem itu sendiri, dimana-mana problem menghadang. Baru keluar rumah saja problem sudah ada didepan kita. Tak mungkin kita mengelak dari persoalan. Disitulah kualitas orang akan teruji.”

1. Pengertian stress dan konflik
Istilah stress berasal dari kata stringere yang mempunyai arti ketegangan dan tekanan. Stress merupakan reaksi yang tidak diharapakan muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Penyakit stress adalah penyakit yang menggaggu kejiwaan seseorang karena tidak dapat mengatasi/menyalurkan dan mencari jalan keluar yang tepat, baik, dan benar.
Konflik adalah pertentangan/ perselisihan / pertikaian .
2. Problem Solving
a. Cara menangani stress dan konflik
1) Tips Mencegah Dan Menanggulangi Stress
Caranya sebenarnya sangat simpel yaitu : Kemauan keras untuk melakukan introspeksi diri secara menyeluruh dan mendasar, sesuai dengan norma agama, hukum, adat istiadat, susila dan kesopanan. Kalau ESQ LC menyebutnya sebagai: Melepaskan diri dari 7 belenggu kehidupan dan membebaskan diri dari berbagai berhala kehidupan yang selama ini telah membelenggu dan merusak paradigma berfikir dan kejiwaan kita, mengakibatkan kita keluar dari jati diri manusia yang manusiawi, yang diciptakan sebagai khalifah di atas bumi yang diberi modal akal fikiran dan hati nurani oleh Allah SWT.
Pekerjaan seorang Ibu misalnya, hampir-hampir tidak ada habisnya hingga mungkin membuat stres. Waktu untuk beristirahat pun terkadang tidak ada. Padahal, beristirahat agar bugar kembali, sangat Anda perlukan. Sudah saatnya Anda mengikuti
10 cara gampang demi mengatasi stres Anda.
a) Menulis Diary
Cari tempat dan waktu yang tenang, dan mulailah menulis. Anda dapat menuliskan tentang segala sesuatu yang terjadi sehari-hari. Biarkan kata-kata yang digoreskan mengalir dan keluar secara spontan, sesuai dengan yang dirasakan dan dipikirkan pada saat itu.
b) Olahraga
Berdasarkan ratusan penelitian, olahraga dapat memperbaiki aliran darah ke otak, menambah gelombang alfa di otak yang berhubungan dengan ketenangan dan relaksasi, mengurangi tekanan darah, serta mengurangi ketegangan otot.
c) Putar & Dengar Lagu Kesayangan Putar lagu-lagu favorit.
Ikutlah besenandung atau bahkan berdansa. Biarkan musik menyejukkan hati Anda.
d) Tertawa Tonton film-film komedi, duduk santai, dan tertawa merupakan salah satu cara yang baik untuk kesehatan.
Tertawa merangsang tubuh untuk memproduksi hormon yang menyebabkan otak mengendurkan stres.
e) Ciptakan Ritual
Ciptakan ritual yang menimbulkan kenyamanan, seperti duduk berdua dengan pasangan dan berbagi teh hangat dari cangkir yang sama.
f) Makan Sehat
Makanan-makanan dengan kadar lemak rendah dan karbohidrat tinggi seperti donat, popcorn, kue-kue kering serta kue dari bahan beras, merangsang zat-zat kimia dari otak kita yang membantu menyejukkan bila sedang stres.
g) Penuhi Kebutuhan Jiwa Luangkan waktu untuk diri sendiri. Tidur atau menonton film percintaan yang romantis, membaca surat-surat lama, atau apa saja. Biarkan hari itu terbebas dari rutinitas.
h) Luangkan Waktu Bersama Sahabat Sambil minum kopi atau teh hangat, nikmati kebersamaan dengan sahabat wanita, bercerita tentang apa saja. Wanita merasakan kenyamanan, dukungan, dan kedekatan tersendiri bila berada bersama-sama teman wanitanya.
i) Meditasi
Meditasi mengurangi tekanan darah dan secara dramatis membantu mengurangi tingkatan stres Anda.
j) Tidur Siang
2) Tips dalam mengatasi konflik
Tentu saja sebelum Anda berurusan dengan situasi semacam itu, Anda harus terlebih dahulu berdoa, memohon kebijaksanaan dan pemahaman agar Tuhan menyingkapkan akar permasalahan, mendamaikan, dan memulihkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Selain itu, ada beberapa tips yang mungkin dapat membantu Anda untuk menyelesaikan suatu konflik.
a) Pendamai.
b) Tetap netral.
c) Dengarkan kedua (atau lebih) pihak.
d) Mau membujuk pihak-pihak untuk bertanggung jawab.
e) Nasihati pihak-pihak dalam konflik.
f) Mendorong adanya rekonsiliasi.
g) Satukan pihak-pihak yang berselisih paham.
h) Beri semua pihak kesempatan berbicara.
i) Dorong mereka untuk memaafkan dan melupakan yang lalu.

Selasa, 10 Januari 2012

MANUSIA DAN CINTA KASIH II

“Hidup tanpa cinta itu kosong”. Cinta amat penting dalam kehidupan manusia. Belumlah sempurna hidup seseorang itu jika di dalam hidupnya tidak pernah di hampiri atau di hinggapi perasaan cinta. Karena hidup manusia di dunia ini tidak hanya seorang diri, melainkan selalu melibatkan pihak lain, maka dengan istilah cinta tersebut haruslah di artikan baik “mencintai” maupun “dicintai” pihak lain yang dimaksud di sini bukan hanya orang lain, melainkan juga benda-benda atau makhluk lain.
Karena Cinta itulah kehidupan ini ada. Bukanlah manusia itu berbuat atau melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta tersebut? Bukan hanya manusia, bahkan binatang-binatang pun sesungguhnya berbuat sesuatu karena dorongan perasaan cinta. Hanya bedanya, manusia berbuat karena kesadaran, sedangkan binatang berbua karena nalurinya. Pada hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal mula dari hidup, sekurang-kurangnya rasa cinta akan diri sendiri; demikinalkah yang pernah dikatakan oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ (Louis Leahy: 1984).
Dalam diri setiap manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakkan manusia untuk berbuat atau bertingkah laku; termasuk untuk mencintai dan di cintai, tentunya. Dua sumber kekuatan yang di maksudkan tadi adalah akal dan budi di satu pihak dan pihak lain adalah nafsu. Jadi perasaan cinta pun dapat di pengaruhi dua sumber. Yaitu perasaan cinta yang di gerakkan oleh akal budi, dan perasaan cinta yang digerakkan oleh nafsu. Yang pertama cinta tanpa pamrih atau cinta sejati. Dan kedua disebut cinta nafsu atau cinta pamrih. Oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ, cinta tanpa pamrih di sebut: cinta kebaikan hati; sedangkan cinta nafsu atau cintai berpamrih di sebut cinta utilitaris atau yang bermanfaat, artinya yang mengindahkan kepentingan diri sendiri. Biasa di sebut orang dengan istilah cinta karena ada udang di balik batu.
Sesuai dengan tugas manusia sebagai pengemban nilai moral, seharusnya manusia harus selalu berusaha agar perasaan cinta yang tumbuh dalam hati tidak jatuh kelembah cinta yang tidak sesuai dengan kemanusiaan. Jangan sampai cinta yang seharusnya tanpa pamrih jatuh kelembah cinta nafsu, apalagi sampai tak bermoral dan cinta nafsu sampai kelewat batas, jelas harus kita hindari. Perasaan antar sesama, hendaknya perasaan cinta yang berangkat dari dasar rasa “tepa selira”. Dengan cara menempatkan diri kita pada diri orang lain. Dengan demikian kita akan merasa satu dengan orang yang kita cintai. Namun kesatuan yang terjadi bukanlah kesatuan yang “simbolik”. Bukan kesatuan yang saling bergantung dan saling menggantungkan. Juga bukan kesatuan yang bersifat “kepatuhan” kesatuan dalam cinta yang kita tumbuhkan haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan individualitas masing-masing.
Dalam cinta kasih atau cinta sejati tidak ada kehindak untuk memiliki, apalagi menguasai. Yang ada hanyalah rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan dengan yang kita cintai dan tumbuh secara wajar serta bersifat sukarela. Cinta kisah sejati sedikitpun tidak ada hubungannya dengan kenikmatan atua keinginan (Mry Lutyens, 1969). Menurut Moh. Said cinta kasih atau cinta asejati tidak menimbulkan kewajiban, melainkan tanggung jawab. (Moh. Said Reksohadiprodjo, 1976)
Cinta kasih atau cinta sejati adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas. Ia lebih banyak memberi dari pada menerima. Hal ini sesuai dengan nyanyian seperti:
Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia.
Atau seperti yang dikatakan oleh penyair Khalil Gibran
Cinta tak memberikan apa-apa, kecuali
Keseluruhan dirinya, utuh penuh
Pun tak mengambil apa-apa kecuali
Dari dirinya sendiri
Cinta tak memiliki ataupun dimiliki
Karena cinta telah cukup untuk cinta
Demikinlah wujud cinta terhadap sesama manusia yang harus kita tumbuhkan dalam hati nurani. Cinta kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusiaan; yang tumbuh dan berkembang dalam lubuk sanubari setiap manusia bukan karena dorongan sesuatu kepentingan; melainkan atas dasar kesadaran bahwa pada hakikatnya kemanusiaan itu satu.
Maka cinta kasih itu akan meliputi seluruh dunia, tanpa melihat suku bangsa, warna kulit, agama dsb. Dan tidak mengenal batas waktu. Cinta kasih bersifat abadi, karena ia tidak bergantung kepada sesuatu yang ada dan melekat pada sesuatu yang dicintai. Cinta kasih “keberadaannya” bukan di sebabkan oleh unsur-unsur yang bersifat eksternal, yang ada di luar diri kita, me;lainkan justru oleh unsur-unsur yang bersifat internal, yang bersemayam dan berkembang di dalam diri kita masing-masing.
Cinta kasih tidak mengenal iri, cemburu, persaingan dan sebangsanya. Yang ada hayalah perasaan yang sama dengan persaan yang ada pada orang yang di cintai, mengapa? Karena dirinya adalah diri kita. Dukanya adalah duka kita, gembiranya adalah gembira kita. Bagi cinta kasih pengorbanan adalah suatu kebahagiaan. Sebaliknya ketidak mampuan membahagiakan atau paling tidak meringankan beban yang di cintai atau di kasihi adalah suatu pederitaan.