Selasa, 07 Februari 2017

HINDARI BERITA HOAX*



Pasti di antara kita adalah orang-orang yang gemar membaca berita yang biasa diperoleh lewat koran atau gadget kita. Selain berita bola, senang pula membaca berita politik dan selebriti. Lebih-lebih yang senang dibaca adalah berita dari media mainstream.
Ada beberapa nasihat dari kami selaku khotib Jumat kali ini dalam menyikapi berita media. Ada lima sikap sebagai seorang muslim yang wajib kita miliki.

Sikap Pertama: Hati-hati dalam menerima berita dan jangan asal-asalan menyebar berita.

Apalagi itu aib, lebih-lebih beritanya belum 100% benar, bisa jadi juga itu fitnah atau jebakan. Apalagi si pelaku mengaku bahwa ia tidak berbuat hal itu dan kita tahu dia adalah orang shalih yang jujur.
Cobalah lihat bagaimana Allah perintahkan kita untuk mengecek berita terlebih dahulu. Jangan mudah-mudahan untuk menyebarnya sampai kita punya bukti yang kuat.

Allah Ta’ala berfirman,
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena boleh jadi berita yang tersebar adalah berita dusta dan keliru.” Karena kehormatan seorang muslim benar-benar harus kita jaga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada khutbah beliau saat musim haji,
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا ، فِى شَهْرِكُمْ هَذَا ، فِى بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya dara, harta dan kehormatan sesama kalian itu terjaga sebagaimana kemuliaan hari ini, kemuliaan bulan ini dan kemuliaan negeri kalian ini.” (HR. Bukhari, no. 67 dan Muslim, no. 1679)
  

Sikap Kedua: Jangan sampai menghina dan mencela


Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)

 

Berikut beberapa tips Mengetahui Kebenaran Berita:
1.    Memeriksa kebenaran berita melalui pernyataan langsung (asli) dari obyek berikata
2.    Biasakan untuk melihat atau mendengar berita tidak dari satu sumber
3.    Teliti dalam melihat data dan fakta suatu berita
4.    Tanyakan kebenaran berita dari orang yang terlibat langsung
.
Jama’ah rahimani wa rahimakumullah …
Saran kami, para jamaah kalau mendengar berita-berita media atau mendapatkan berita gosip lewat pesan singkat, lewat WhatsApp, lewat Facebook atau media sosial lainnya, jangan mudah-mudahan untuk menshare atau menyebarkannya.

*Ringkasan Isi khutbah Jum'at, 3 Februari 2017

Kamis, 15 Desember 2016

Seorang Pemuda yang Dicintai Allah SWT*



قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. رواه البخاري

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

"سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ" متفق عليه

“Ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya: Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadah, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai, bertemu dan berpisah hanya karena Allah, seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah, seorang yang menyembunyikan sedekahnya tidak ingin dilihat orang, dan seorang yang mengingat Allah dalam keheningan hingga menitikkan airmata.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam penyampaian Khutbah kali ini akan terfokus pada seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Salah satu bentuknya ialah seorang pemuda yang senantiasa menceburkan dirinya untuk memakmurkan Masjid. Kata “memakmurkan” berasal dari kata dasar "makmur". Kata itu merupakan serapan dari bahasa Arab ( عَمَرَ – يَعْمُرُ -عِمَارَةً ) yang memiliki banyak arti. Diantaranya adalah: membangun, memperbaiki, mendiami, menetapi, mengisi, menghidupkan, mengabdi, menghormati dan memelihara. Kata itu dipakai oleh Allah dalam firman-Nya yang juga menunjukkan keutamaan pemakmur masjid :

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah : 18)

            Dengan demikian, arti "memakmurkan masjid” adalah membangun, mendirikan dan memelihara masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.
Nah akan sangat beda saat hal itu kejadian sama anak muda. Soalnya anak muda kan darahnya masih panas, semangatnya masih membara, dia masih mencari proses jati dirinya, dan logikanya pun masih sangat labil. Tapi disisi lain, dia sanggup memblokir nafsu dan keinginan duniawinya, dan menyalurkan semangatnya yang masih sangat hidup untuk hanya berada di jalan allah. Maka Allah akan sangat mencintai pemuda seperti itu. Sehingga nanti di akherat mereka langsung mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wataala.

*Teks singkat ini merupakan bahan penyampaian khutbah jum'at di Masjid SMK Talenta Bangsa

Minggu, 16 Oktober 2016

PEMUDA GENERASI BANGSA



Pada bulan Oktober ini, setiap tahun di Negara kita diperingati hari peringatan Sumpah Pemuda, yaitu tanggal 28 Oktober. Hari yang sangat bersejarah bagi kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena pada masa itu bangsa Indonesia berada dalam belenggu penjajah dan kemudian para pemuda berinisiatif untuk bangkit dan bersatu mengusir penjajah. Akhirnya sepakat dan terjadilah Sumpah Pemuda.
Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Itu merupakan nikmat besar dari Allah Ta`ala yang seharusnya di­manfaat­kan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha-Nya.
Dalam Al-Qur’an, pemuda disebut dengan fatan. Misalnya sebutan fatan untuk Nabi Ibrahim muda, yang ketika itu sedang dicari oleh Raja Namrud karena dituduh menghancurkan patung-patung berhala. Fatan yuqaalu lahu Ibrahim. Juga sebutan fityatun untuk para pemuda Ashabul Kahfi. Innahum fityatun amanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa.  Sedangkan dalam Hadits, pemuda disebut sebagai syaab. Misalnya dalam hadits “Lima Perkara Sebelum Lima Perkara Lainnya”: syabaabaka qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu). Juga dalam hadits “Tujuh Golongan Yang Mendapat Naungan Allah”: syaab nasya-a fii ‘ibadatillah (seorang pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan taat kepada Allah).
Imam Mushthofa Ghulaiyin dalam kitabnya ‘Iddatun Nasyi’in memanggil generasi muda agar giat beramal dan berjuang, karena baik dan tidaknya keadaan bangsa dimasa mendatang bergantung pada keadaan generasi muda dimasa kini.
إِنَّ فِى يَدِكُمْ أَمْرَ الأُمَّةِ وَفِى إِقْدَامِكُمْ حَيَاتَهَا فَأَقْدِمُوْا إِقْدَامَ الأَسَدِ الْبَاسِلِ وَانْهَضُوْا نُهُوْضَ الرَّوَايَا تَحْتَ ذَاتِ الصَّلاصِلِ تَحْيَ بِكُمُ الأُمَّةُ
Artinya: Dalam tanganmulah wahai generasi muda urusan seluruh bangsa, dalam keberanianmu untuk melangkah kedepan, itulah letak kehidupan umat dan tanah air, oleh karenanya maka majulah kamu sejak sekarang ini bagaikan majunya seekor harimau yang gagah berani, yang tidak akan mundur setapakpun, bangkitlah bagaikan bangkitnya suatu kafilah yang berangkat menuju ke tempat perjuangan dengan penuh tanggung jawab dan amanat seluruh bangsa. Bersungguh sungguhlah dalam menegakkan kebenaran untuk mencapai kamajuan. Dengan usaha dan hasil karyamu, bangsa akan hidup dangan penuh kebahagiaan.
Pesan Imam Mushthofa Ghulaiyin tersebut perlu kita pegang teguh, agar kita benar-benar merupakan tiang bangsa yang kokoh, kreatif, dinamis, dan potensial.
Sebagian ciri pemuda yang sehat rohani dan jasmani:
1.    Iman yang kuat kepada Allah SWT
2.    Menerima kelebihan dan kekurangan diri sebagai anugrah dari Allah SWT
3.    Menyadari kehidupan yang tidak sepenuhnya sempurna: ada sukses-gagal, suka-duka dll, sebagai pilihan terbaik dimata Allah Swt
4.    MMM: Moral Manusia terhadap Manusia lainnya, ditandai oleh kemampuan bersosialisasi, hablum minannas;
5.    MMA: Moral Manusia terhadap Alam, ditandai oleh kesadaran terhadap ekologi dan lingkungannya, pengembangan sebagai insan sosial ekonomi, dan orientasi terhadap masa depan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap situasi masa kini dalam kaitan dan hubungannya dengan masa depan;
6.    MMW: Moral Manusia terhadap Waktu, ditandai oleh kesadaran terhadap waktu, hidupnya akan memiliki visi, misi, dan strategi. Empat kesadaran terhadap waktu tersebut adalah: Pertama, waktu mendapat nikmat dan kebahagiaan; mampu bersyukur; Kedua, waktu mendapat ujian dan penderitaan; ridha, tabah, dan sabar; Ketiga, waktu dalam ketaatan, ditandai oleh sikap istiqamah; Keempat, waktu terjerumus bermaksiat, mampu sadar, bertaubat, dan menyesali perbuatannya .
7. MMLB: Moral Manusia Lahir Batin, ditandai oleh kesadaran beretika, tahu batas, mempunyai rasa malu, adil, jujur, amanah, dan selalu berhati-hati.