Jumat, 08 April 2011

ALIRAN PSIKOLOGI GESTALT

PENDAHULUAN
A. Pengertian
Istilah Gestalt sukar diterjemahkan kedalam bahasa lain. Dalam bahasa Inggris berarti form, shape, configuration, whole dan dalam bahasa Indonesia berarti bentuk, keseluruhan, esensi, totalitaas, hal, peristiwa dan hakikat. Aliran ini pun merupakan protes terhadap pandangan elementaritis dan metode kerjanya menganalisi unsur-unsur kejiwaan. Menurut aliran gestalt, yang utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam keseluruhan
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran-Aliran Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya. Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan metode-metodenya sendiri yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, timbul apa yang disebut dengan aliran-aliran dalam psikologi.
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika. Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina semangat para ahli dalam kompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran yang lainnya. Aliran-aliran itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya menjadi dasar dari teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang terkemuka dengan teorinya Gestalt akan dikemukakan dibawah ini.

1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.
2. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka. Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur stasiun “Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku betajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
3. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910. Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
B. Prinsip Dasar Gestalt
1. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentukSetiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
• Principle of Similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen
• Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
• Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
• Principle of Closure/ Principle of Good Form: Organisasi berdasarkan “bentuk yang sempurna”
• Principle of Figure and Ground: Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap, persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
• Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks
B. Imlementasi Dalam Kajian Islam
Persefsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Persefsi juga merupakan kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh manusia. Ia berbicara kepada rasio dan kesadaran (conscienci) manusia. Ia juga mengajarkan kepada manusia aqidah tauhid. Pun ia membersihkan diri manusia dengan pelbagai praktek ibadah dan menunjukkan kepadanya dimana letak kebaikan dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatannya. Selanjutnya Al-Qur’an juga menunjukkan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya. Dan mengantarkannya pada jenjang-jenjang kesempurnaan insan agar dengan demikian ia bisa merealisasikan kebahagian bagi dirinya, baik didunia maupun diakhirat.

BAB III
KESIMPULAN
Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan metode-metodenya sendiri yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, timbul apa yang doisebut dengan aliran-aliran dalam psikologi.
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala).
Persefsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Persefsi juga merupakan kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh, 2008, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam Jakarta: Penerbit Kencana
Agus Suyatno Psikologi Umum, 2004. Yogyakarta: Penerbit Bumi Aksara
Ahmad Fauzi, 2008 , Pisikologi Umum. Bandung : Penerbit Pustaka Setia
Akyyas Azhari, 2003, Psikologi Umum dan Perkembangan. Bandung: Penerbit Mizan Publika
Alex Sobur, 2003, Psikologi Umum. Bandung: Penerbit Pustaka Setia
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: Penerbit PT.Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt
Sarwono, S. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Rajawali Press
Sarlito Wilawan Sarwono, 1976. Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang
Utsman Najati, 2004. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih