Selasa, 07 Agustus 2012

MEMBERANTAS VIRUS MALAS MEMBACA


Membaca merupakan perintah Allah dalam ajaran Islam sebagaimana firman Allah dengan wahyu pertama yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW nabi akhir zaman melalui malaikat Jibril sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an pada Q.S. Al-Alaq ayat 1-5.
Pakar pendidikan ternama, Paulo Freire, pernah menyatakan bahwa malas membaca adalah virus yang meringkihkan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Malas membaca menjadi biang timbulnya penyakit kronis bernama kemiskinan dan keterbelakangan. Ia menyatakan demikian setelah menemukan bukti, tak sebuah Negarapun di dunia yang tumbuh menjadi Negara maju tanpa budaya baca yang kuat di belakangnya. Sebaliknya, seluruh Negara miskin dan terbelakang adalah Negara yang tidak memiliki budaya membaca.
Pembahasan mengenai minat baca, maka sudah sering  ditulis di berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dan diseminarkan, namun  masih saja  topik ini masih sangat manarik dibicarakan, hal ini disebabkan karena sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan Cinta Buku. 
            Hakikat membaca adalah hakikat untuk tahu. Tidak suka membaca berarti tidak mengembangkan pengetahuan. Bangsa yang tidak mengembangkan pengetahuan, sudah pasti akan menjadi bangsa  yang miskin ide dan inovasi. Pada akhirnya, “kemiskinan” itu akan membuat bangsa tersebut menjadi tidak produktif dan tertinggal dari bangsa lain dalam semua aspek kehidupan.
            Sayangnya, tak semua orang menyadari bahwa malas membaca adalah sebuah virus yang berbahaya. Keberadaannya sering di anggap sepele, dan bahkan diabaikan. Di banyak Negara, termasuk di Indonesia, malas membaca justru berkembang menjadi budaya, sementara kampanye gemar membaca tidak terlalu mendapat sambutan.
            Bangsa Indonesia sepertinya memang kurang akrab dengan bahan bacaan. Lihat saja saat orang-orang memiliki waktu luang di rumah, ditempat kerja, atau diperjalanan, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol, bermain, menonton televisi, atau tidur, dari pada membaca. Kondisi saat ini sangat berbeda dengan di Jepang dan Negara-negara Eropa, dimana buku menjadi sarana rekreasi utama bagi orang-orang yang sedang rehat.
Kondisi di atas tak lepas dari rendahnya budaya membaca di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir dari Acehtraffic.com (2012), memberitakan bahwa, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R Agung Laksono, persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca.
            Rendahnya budaya membaca seyogyanya dapat dijadikan peringatan dini bagi bangsa Indonesia, karena memiliki pertautan langsung dengan produktivitas. Tentu tidak sepenuhnya benar, menyimpulkan bahwa gemar membaca adalah satu-satunya factor yang dapat memajukan bangsa. Namun kita juga tidak bisa menafikan fakta bahwa kemajuan bangsa seiring dengan perkembangan tradisi literasinya. Makin gemar membaca suatu bangsa, makin tinggi tingkat kemajuannya, demikian pula sebaliknya.
            Namun kita tidak perlu berdebat, apakah gemar membaca yang menyebabkan kemajuan bangsa, ataukah kemajuan yang membuat orang makin gemar membaca. Keduanya adalah variable yang saling bergantung dan saling menguatkan satu sama lain. Yang paling penting bagi kita adalah segera memulai gerakan gemar membaca, sekarang juga.
            Perubahan sosial yang berlangsung sedemikian cepat sangat berdampak terhadap masyarakat, khususnya para mahasiswa baru. Mahasiswa baru adalah sosok manusia yang mempunyai impian besar tentang masa depan maka dari hal demikian. Sosialisasi gemar membaca adalah momentum penting untuk bisa membantu mahasiswa meraih impian. Dikatakan demikian, sebab sosialisasi membaca merupakan ajang dimana mahasiswa baru akan mendapatkan berbagai hal yang dapat mendasari langkah-langkahnya dalam menggapai suskes belajar diperguruan tinggi maka dari hal demikian Lembaga pendidikan formal (campus) harus terus melakukan kampanyenya kepada mahasiswa gerakan gemar membaca.
Faedah membaca bagi pribadi yang bersangkutan antara lain: dapat atau merupakan cara untuk mendalami sesuatu masalah dengan mempelajari sesuatu persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kecakapan, dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan, dan untuk mencari nilai-nilai hidup untuk kepentingan pendidikan diri sendiri.
Di samping pendapat di atas untuk meningkatkan dan menyadari akan kebiasaan membaca, tidak perlu membaca terlalu susah, cukup dengan membaca bacaan yang ringan dan mudah dipahami atau membaca buku tentang apa yang diperlukan itu sudah bagus. Minat baca masyarakat Indonesia yang tinggi akan mampu bersaing dengan cerdas terhadap bangsa lain. Melalui gerakan yang dilakukan secara sinergis, virus malas membaca diharapkan dapat diberantas tuntas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis pendapat atau kritik dan saran Anda...
Terimakasih