Kamis, 09 Agustus 2012

LAILATUL QADR


Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1], Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?, Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan, Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Al-Qadr: 1-5)
Apa yang dimaksud dengan lailatul qadar?. Pertama, qadar berarti ketentuan Allah yang berkaitan dengan hidup dan mati kita, suka dan duka kita, sehat dan sakit kita. Inilah malam ketika Tuhan menetapkan takdirnya bagi kita. Dalam Q.S. Al-Dukhan 3-4 Allah berfirman:
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.[2]

            Pada Lailatul Qadar malaikat turun untuk “menuliskan” takdir kita buat tahun berikutnya. Karena itu, dimalam itu kita dianjurkan untuk membaca do’a-do’a; seraya bermohon agar Allah menuliskan kebaikan buat kita. Salah satu di antara do’a itu ialah: “ya Allah, panjangkanlah usia ku, luaskan rezeki ku, sehatkan tubuhku, dan sampaikan aku pada harapanku. Jika aku sudah termasuk pada kelompok yang celaka, hapuskanlah namaku dari kelompok itu dan tuliskanlah aku termasuk kelompok yang berbahagia. Karena engkau berfirman di dalam kitab-Mu yang diturunkan kepada Nabi-Mu sang utusan SAW. Allah menghapus apa yang dia kehendaki dan menetapkan apa yang dia kehendaki dan pada sisi dia ada Ummul Kitab.
            Jawaban Kedua, “qadr”artinya kemuliaan, keagungan. Lailatul Qadar artinya malam keagungan, malam kemuliaan, the night of honors. Lailatul Qadar itu menjadi mulia karena ada peristiwa mulia yang terjadi padanya. Ada tiga kemuliaan yang terjadi di malam Qadar. Pertama, turun kitab suci yang mulia. Keagungan Al-Qur’an, yang melintas ruang dan waktu, membuat malam itu menjadi sangat istimewa. Kedua,Al-Qur’an turun kepada Nabi yang mulia, yang tanpa dia tidak akan diciptakan alam semesta. Ketiga, kemuliaan juga diberikan kepada mereka yang menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah dan amal shalih. Kerena itu, pada surah Al-Qadar yang tadi telah di baca pada awal kultum ini, kata lailatul qadar disebut tiga kali.


[1] yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.

[2] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.

Selasa, 07 Agustus 2012

MEMBERANTAS VIRUS MALAS MEMBACA


Membaca merupakan perintah Allah dalam ajaran Islam sebagaimana firman Allah dengan wahyu pertama yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW nabi akhir zaman melalui malaikat Jibril sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an pada Q.S. Al-Alaq ayat 1-5.
Pakar pendidikan ternama, Paulo Freire, pernah menyatakan bahwa malas membaca adalah virus yang meringkihkan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Malas membaca menjadi biang timbulnya penyakit kronis bernama kemiskinan dan keterbelakangan. Ia menyatakan demikian setelah menemukan bukti, tak sebuah Negarapun di dunia yang tumbuh menjadi Negara maju tanpa budaya baca yang kuat di belakangnya. Sebaliknya, seluruh Negara miskin dan terbelakang adalah Negara yang tidak memiliki budaya membaca.
Pembahasan mengenai minat baca, maka sudah sering  ditulis di berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dan diseminarkan, namun  masih saja  topik ini masih sangat manarik dibicarakan, hal ini disebabkan karena sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan Cinta Buku. 
            Hakikat membaca adalah hakikat untuk tahu. Tidak suka membaca berarti tidak mengembangkan pengetahuan. Bangsa yang tidak mengembangkan pengetahuan, sudah pasti akan menjadi bangsa  yang miskin ide dan inovasi. Pada akhirnya, “kemiskinan” itu akan membuat bangsa tersebut menjadi tidak produktif dan tertinggal dari bangsa lain dalam semua aspek kehidupan.
            Sayangnya, tak semua orang menyadari bahwa malas membaca adalah sebuah virus yang berbahaya. Keberadaannya sering di anggap sepele, dan bahkan diabaikan. Di banyak Negara, termasuk di Indonesia, malas membaca justru berkembang menjadi budaya, sementara kampanye gemar membaca tidak terlalu mendapat sambutan.
            Bangsa Indonesia sepertinya memang kurang akrab dengan bahan bacaan. Lihat saja saat orang-orang memiliki waktu luang di rumah, ditempat kerja, atau diperjalanan, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol, bermain, menonton televisi, atau tidur, dari pada membaca. Kondisi saat ini sangat berbeda dengan di Jepang dan Negara-negara Eropa, dimana buku menjadi sarana rekreasi utama bagi orang-orang yang sedang rehat.
Kondisi di atas tak lepas dari rendahnya budaya membaca di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir dari Acehtraffic.com (2012), memberitakan bahwa, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R Agung Laksono, persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca.
            Rendahnya budaya membaca seyogyanya dapat dijadikan peringatan dini bagi bangsa Indonesia, karena memiliki pertautan langsung dengan produktivitas. Tentu tidak sepenuhnya benar, menyimpulkan bahwa gemar membaca adalah satu-satunya factor yang dapat memajukan bangsa. Namun kita juga tidak bisa menafikan fakta bahwa kemajuan bangsa seiring dengan perkembangan tradisi literasinya. Makin gemar membaca suatu bangsa, makin tinggi tingkat kemajuannya, demikian pula sebaliknya.
            Namun kita tidak perlu berdebat, apakah gemar membaca yang menyebabkan kemajuan bangsa, ataukah kemajuan yang membuat orang makin gemar membaca. Keduanya adalah variable yang saling bergantung dan saling menguatkan satu sama lain. Yang paling penting bagi kita adalah segera memulai gerakan gemar membaca, sekarang juga.
            Perubahan sosial yang berlangsung sedemikian cepat sangat berdampak terhadap masyarakat, khususnya para mahasiswa baru. Mahasiswa baru adalah sosok manusia yang mempunyai impian besar tentang masa depan maka dari hal demikian. Sosialisasi gemar membaca adalah momentum penting untuk bisa membantu mahasiswa meraih impian. Dikatakan demikian, sebab sosialisasi membaca merupakan ajang dimana mahasiswa baru akan mendapatkan berbagai hal yang dapat mendasari langkah-langkahnya dalam menggapai suskes belajar diperguruan tinggi maka dari hal demikian Lembaga pendidikan formal (campus) harus terus melakukan kampanyenya kepada mahasiswa gerakan gemar membaca.
Faedah membaca bagi pribadi yang bersangkutan antara lain: dapat atau merupakan cara untuk mendalami sesuatu masalah dengan mempelajari sesuatu persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kecakapan, dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan, dan untuk mencari nilai-nilai hidup untuk kepentingan pendidikan diri sendiri.
Di samping pendapat di atas untuk meningkatkan dan menyadari akan kebiasaan membaca, tidak perlu membaca terlalu susah, cukup dengan membaca bacaan yang ringan dan mudah dipahami atau membaca buku tentang apa yang diperlukan itu sudah bagus. Minat baca masyarakat Indonesia yang tinggi akan mampu bersaing dengan cerdas terhadap bangsa lain. Melalui gerakan yang dilakukan secara sinergis, virus malas membaca diharapkan dapat diberantas tuntas.

Selasa, 24 Juli 2012

SEKOLAH EFEKTIF


            Dewasa ini boleh dikatakan bahwa masyarakat semakin merindukan keberadaan sekolah yang benar-benar memiliki kinerja tinggi, mampu mengembangkan kemampuan anak berprestasi tinggi dan berkepribadian baik, di dalamnya para guru dan pegawai bekerja dengan senang hati dan memiliki kepuasan kerja. Inikah sekolah yang di sebut efektif?
            Sekolah efektif atau sekolah unggulan (excellent School) berada dalam lapangan manajemen sekolah. Karakteristiknya menurut Edmonds (1979) (Beare, dkk, 1989) yaitu:
1.  Guru-guru memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah memberikan perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran.
2.      Guru-guru memiliki kondisi penghasilan yang tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi murid.
3.  Atmosfir sekolah yang tidak rigid (kaku), sejuk tanpa tekanan dan kondusif dalam seluruh proses pengajaran atau suatu tatanan iklim yang nyaman.
4.    Sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan mengusahakan efektivitas sekolah dengan energy dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
5.  Sekolah efektif menjamin kemajuan murid dimonitor secara periodik. Kepala sekolah dan guru-guru menyadari bahwa kemajuan prestasi pelajar berhubungan dengan tujuan pengajaran.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efisien. Sekolah efektif karena pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efisien ialah penggunaan sumber daya yang hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi pelajar tentunya dilihat dari absensi (kehadiran), tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan atau penyimpangan, dan hasil ujian Negara. Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efisien yang menjanjikan lulusan yang terbaik, keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dimiliki antar lulusan sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antar lulusan berbeda dari satu sekolah dengan sekolah lain.
Manajemen pengembangan mutu salah satu bidang manajemen peningkatan mutu sekolah dengan iklim yang baik juga harus dalam hal suasana kelas yang dikelola oleh guru dengan para murid, pendayagunaan sumber daya kelas, pemanfaatan alokasi waktu secara baik, dan keterlibatan guru secara baik dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
Kepemimpinan yang efektif oleh kepala dijalankan dengan menetapkan kerjasama dengan para guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang muaranya adalah lulusan yang berkualitas. Demikian pula para manajer atau kepala sekolah harus berfungsi sebagai bagian dari kerjasama dalam lembaga untuk menjamin perubahan dalam lingkungan pendidikan era kekinian.
Semakin terpenuhinya prinsip otonomi, transparansi dan akuntabilitas berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru, karyawan dan pihak terkait dengan sekolah semakin kuat komitmennya menjalankan program perbaikan mutu sekolah. Dengan demikian sekolah efektif harus menampilkan, yang menurut Beach dan Reinhartz (2000:64) ciri-cirinya yaitu:
1.      Efektivitas didasarkan kepada ukuran keberhasilan belajar siswa (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
2.      Pembelajaran siswa menjadi tujuan utama atau fokus pengajaran
3.      Sikap dan perilaku guru beserta staf adalah komponen kuci sekolah efektif
4.      Sekolah menerima tanggung jawab terhadap penguatan prestasi akademik siswa dan mereka percaya bahwa hal itu dapat dicapai dari pelajaran.
5.      Sekolah sebagai organisasi harus teruji secara holistik, bukan terpecah atau menjadi bagian terpecah dari seluruh komponennya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang efektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta didalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang efektif adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya manajeman dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah, dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan pegawai, orang tua siswa, komite sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik dan cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang afektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta di dalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang ekfektif adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya manajemen dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah, dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan pegawai, orang tua siswa, komite sekolah dan para siswa itu sendiri. Karena itu, sekolah-sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Setiap sekolah yang sedang mengusahakan menjadi sekolah efektif, perlu memperhatikan dan mewujudkan hal-hal di atas, agar masyarakat benar-benar mendapatkan haknya untuk tidak sekedar mudah masuk ke sekolah tapi sekaligus dapat memilih sekolah efektif yang diharapkan. Semakin banyak sekolah berkualitas, efektif atau unggul, maka percepatan pengembangan SDM di daerah untuk kompotitif antar satu daerah dengan daerah lain dalam era otonomi dan globalisasi semakin terpenuhi dengan baik dan cepat.


Kamis, 12 Juli 2012

LANDASAN ORANG UNTUK MARAH DAN BERSIKAP EMOSIONAL

Secara umum, ada beberapa dalih yang biasanya menjadi landasan orang untuk marah dan bersikap emosional yang tidak terkendali yaitu:

A.    Budaya atau latar belakang suku bangsa
B.     Gender (jenis kelamin)
C.     Harga diri
D.    Definisi kemenangan
Saya akan mencoba membahas satu demi satu dalih yang biasa menjadi alasan bagi seseorang untuk bertindak secara emosional lewat kemarahan yang tidak terkendali.
A.    Budaya atau latar belakang suku bangsa
Ada ungkapan suku bangsa tertentu atau budaya tertentu identik dengan sifat pemarah atau temperamental. Entah sejak kapan dan dari mana ungkapan itu berasal, yang pasi ungkapan tersebut telah menjadi brend  image bagi mereka yang berasal dari suku bangsa atau budaya tertentu.
Patut kita sadari, suku bangsa dan budaya adalah hasil cipta dan kereasi serta pemikiran umat manusia. Artinya kita manusia mempunyai kehendak bebas yang akan membawa pada tindakan, sifat, kreasi, dan prestasi tertentu dalam perjalanan kehidupan. Kehendak bebas temasuk bebas dalam memilih apa yang kita yakini dan apa yang akan kita jalani.
Disisi lain kita juga perlu menyadari bahwa yang namanya budaya tidak tercipta dalam semalam. Ia lahir dari sebuah proses waktu yang panjang sehingga mereka yang berbeda dalam komunitas budaya tersebut akan terpengaruh hingga ke pikiran bawah sadar.
Memang ada banyak sekali nilai-nilai luhur dalam kebudayaan yang dapat membawa kita masuk ke damaian dan keberhasilan hidup yang sekarang banyak diajarkan dalam berbagai teori motivasi. Namun, di sisi lain, ada juga nilai-nilai yang bermuara pada kemarahan, tindakan emosional hingga tindakan penghancuran, misalnya perang suku yang berujung kematian yang di dasari oleh niat untuk mempertahankan harga diri. Secara rasional, kita seharusnya dapat berfikir, apa keuntungan tindakan seperti ini. Seandainya saja, orang-orang yang bertikai mau berpikir secara rasional tentu efek-efek negatif kemarahan dapat diminimalisir bahkan ditiadakan.
B.     Gender (Jenis Kelamin)
Dalam kehidupan nyata, perbedaan jenis kelamin terkadang membuat orang berbeda dalam menyikapi hal-hal yang terjadi, termasuk dalam mengendalikan amarah. Kita semua tahu bahwa pria cendrung lebih mengendalikan amarah. Kita semua tahu bahwa pria cendrung lebih mengendalikan logika. Sebaiknya, wanita cendrung lebih  mengendalikan perasaan sehingga terkadang memberikan efek bias terhadap kebenaran yang sesungguhnya.
Mana yang yang lebih baik menurut pembaca? Jawabannya adalah tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk. Logika dan perasaan harus berperan secara bersamaan dan saling melengkapi. Pria sering kali di identitikan dengan pribadi yang kuat, tegas dan pantang menangis. Pandangan seperti ini secara tidak sadar telah memengaruhi sikap dan perilaku pria pada umumnya. Umumnya, para prialah yang mendominasi berbagai pertikaian dan perselisihan di dunia ini dan pandangan tadi kemudian membuat pria kerap bertindak tidak terkendali karena ingin terlihat kuat, tegar dan pantang menangis.
Kita sering melakukan tindakan emosional yang mengatasnamakan “saya pria, saya harus menang dan tidak boleh diremehkan!” dan akhirnya tindakan kita lebih banyak membawa kita pada penyesalan yang menyakitkan dan membuat diri kita malu dikemudian hari. Sebetulnya, ketika semuanya itu terjadi, semuanya akan kalah dan tidak akan mendapatkan apa-apa, seperti pepatah yang kita dengar “menang jadi arang kalah jadi abu”
Sekali lagi saya tegaskan, tidak ada alas an karena kita pria atau wanita, kita harus bertindak secara emosional yang membabi buta dan berujung pada kemarahan dan akan berumuara pada penyesalan. Kita dapat membuat pilihan dan Tuhan telah menciptakan kita dengan begitu luar biasa dengan kemampuan menimbang dan mempu menilai apakah suatu tindakan itu baik atau buruk, berguna atau tidak berguna.
C.     Harga Diri
Harga diri merupakan kecendrungan seseorang dalam memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, mampu dan memiliki keunggulan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang mendasar. Dalam bukunya “manage your mind for success” Adi Gunawan mengatakan bahwa harga diri seseorang akan menentukan semangat, antusiasme dan motivasi diri. Harga diri adalah salah satu penentu prestasi dan keberhasilan. Singkatnya, harga diri menjadi kekuatan yang sangat luar biasa alam menjalani dan memperjuangkan kesuksesan hidup seseorang. Harga diri diibaratkan bensin yang siap mengobarkan semangat hidup seseorang, namun disisi lain harga diri juga dapat menjadi air yang memadamkan langkah perjuangan seseorang dalam meraih sukses. Hal ini bisa terjadi karena persepsi yang keliru dalam menetapkan harga diri. Buktinya, harga diri kerap menjadi landasan utama seseorang untuk melakukan tindakan emosional. Misalnya ketika sedang marah, ada orang yang berujar, “enak saja aku mengalah. Dimana harga diri ku? aku akan beri ia pelajaran setimpal perbuatannya pada ku!” hal seperti ini patut disayangkan sebab orang tersebut tidak mengetahui dengan benar apa arti harga diri yang sesungguhnya. Ia berfikir harga diri akan didapatkan jika orang lain mau mengakui dan memahami dirinya. Akibatnya, ia cendrung melakukan pemaksaan kepada orang lain agar mau mengakui dirinya. Hal ini akan semakin diperparah lagi jika ia mengalami berbagai bentuk tekanan dari lingkungan.
Ada suatu analogi menarik bila kita melihat sebuah batu besar disebuah sungai. Batu itu perlahan-lahan akan terkikis dan mengecil bahkan sampai hancur lebur karena arus air melewatinya secara terus menerus. Artinya ketika akan mengaktualisasikan harga diri kepada orang lain, kita tidak perlu melakukan tindakan emosional yang tidak terkendali. Pengakuan harus di perjuangkan bukan dipaksakan, karena orang yang kita paksa untuk mengakui lewat tindakan yang cendrung emosional itu menghendakinya. Pengakuan harga diri bisa juga kita dapatkan dari hasil dan prestasi kerja keras kita. Ingat kita tidak mungkin membuat semua orang senang kepada kita. Dan, sebaliknya, tidak semua orang dapat membuat kita menjadi senang dan setuju kepada meraka.




Minggu, 24 Juni 2012

LIMA CARA ALLAH MENYATAKAN TUJUAN HIDUP

1. Allah menyatakan tujuan hidup melalui sebuah peristiwa 
Cara menemuan hidup seseorang ditunjukkan dengan peristiwa yang di alaminya sendiri ataupun peristiwa yang dia lihat, perhatikan atau amati. Dan kemudian, melalui peristiwa itulah pada akhirnya ia menemukan panggian di hatinya untuk melakukan sesuatu agar menjadi jawaban atas peristiwa itu. Penemuan tujuan hidup ini pun dapat diperoleh karena adanya informasi tentang sebuah peristiwa sejarah, berita, ataupun kisah hidup dari tokoh-tokoh yang dia kagumi yang begitu menginspirasi kehidupannya.
 2. Allah menyatakan tujuan hidup melalui perjalanan hidup selangkah demi selangkah 
Cara ini diawali dari perjalanan hidup yang dilalui setahap demi setahap yang akhirnya tanpa sadar mengarahkan hidup seseorang pada sebuah panggilan yang spesifik. Setiap pengalaman yang dialaminya di waktu-waktu sebelumnyaterlihat seperti rangkaian sistematis yang sebenarnya merupakan pengalaman yang memperlengkap dirinya untuk melakukan apa yang menjadi panggilan hidupnya.
3. Allah menyatakan tujuan hidup melalui kesadaran yang bertumbuh seiring berjalannya waktu. 
Seiring bertumbuhnya kedewasaan seseorang, Tuhan mulai mengarahkannya pada kesadaran untuk berbuat sesuai yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
4. Allah menyatakan tujuan hidup melalui konfirmasi dari seseorang yang dipandang berotoritas secara rohani. 
Cara ini mungkin lebih melibatkan pihak lain yang meneguhkan apa yang menjadi arah hidup kita, mungkin karena kita tidak terlalu menyadari atau tidak terlalu jelas gambaran hidup kita itu. Pihak lain itu bukanlah orang sembarangan yang tidak memiliki kridibelitas tertentu yang layak dipertanggungjawabkan. Mereka bukanlah sebagai penentu tetapi pihak yang menegaskan.
5. Allah menyampaikan tujuan hidup kita melalui hubungan pribadi kita dengan Tuhan 
Cara penemuan arti hidup atau tujuan hidup seseorang melalui hubungan yang di bangunnya dengan sang pemilik kehidupan itu sendiri. Cara ini lebih mengacu pada inspirasi yang diperoleh karena proses perenungan.

Jumat, 01 Juni 2012

ASPEK-ASPEK KEMANUSIAAN

Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Biasanya para ilmuan melihat manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah aspek kerohaniannya. Manusia akan menjadi sungguh-sungguh manusia kalau ia mengembangkan nilai-nilai rohani (nilai-nilai budaya), yang meliputi: nilai pengetahuan, keagamaan, kesenian, ekonomi, kemasyarakatan dan politik. Howard Gardner (1983) menelaah manusia dari sudut kehidupan mentalnya khususnya aktivitas intelegensia (kecerdasan). Menurut dia, paling tidak manusia memiliki 7 macam kecerdasan yaitu: 1. Kecerdasan matematis/logis: yaitu kemampuan penalaran ilmiah, penalaran induktif/deduktif, berhitung/angka dan pola-pola abstrak. 2. Kecerdasan verbal/bahasa: yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kata/bahasa tertulis maupun lisan. (sebagai materi pelajaran di sekolah berhubungan dengan kecerdasan ini). 3. Kecerdasan interpersonal: yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan berelasi dengan orang lain, berkomunikasi antar pribadi. 4. Kecerdasan fisik/gerak/badan: yaitu gerakan mengatur gerakan badan, memahami sesuatu berdasar gerakan. 5. Kecerdasan musikal/ritme: yaitu kemampuan penalaran berdasarkan pola nada atau ritme. Kepekaan akan suatu nada atau ritme. 6. Kecerdasan visual/ruang/spasial: yaitu kemampuan yang mengandalkan penglihatan dan kemampuan membanyangkan obyek. Kemampuan menciptakan gambaran mental. 7. Kecerdasan intrapersonal: yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran kebatinannya seperti refleksi diri, kesadaran akan hal-hal rohani. Kecerdasan inter dan intra personal ini. Selanjutnya oleh Diniel Goleman (1995) disebut dengan kecerdasan emosional. Ternyata pula bahwa sebagian besar kegiatan kecerdasan logis matematis dan kecerdasan verbal bahasa dilakukan dibelahan otak kiri. Sedangkan kegiatan kecerdasan lainnya dilakukan pada otak kanan (intrapersonal, interpersonal, visual-ruang, gerak-badan, dan musik-ritme). Penting pula dengan demikian bahwa nilai akademik dan tingkah laku dibedakan. Hukuman akademik dan hukuman “kepribadian” dipisahkan. Saying bahwa hanya kecerdaasan logis-matematis dan verbal-bahasa yang dikembangkan di sekolah, sedangkan yang lainnya hanya sedikit sekali. Hal ini tentu merugikan siswa sebab tidak semua bakat dan kemampuannya diekspolarasi dan dikembangkan, dan juga fatal bagi sebagian siswa yang memiliki kelebihan kecerdasan di otak kanan. Betapa pentingnya didalam dunia pendidikan kita mengusahakan proses pembelajaran dan pendidikan yang mengembangkan aktivitas baik otak kanan maupun otak kiri, yang mengembangkan semua aspek kemanusian perseorangan. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidaktahuan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan Sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan oleh rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis dan manusiawi.

Rabu, 16 Mei 2012

KEDUDUKAN PENDIDIK DALAM PANDANGAN ISLAM

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Penghargaan sangat menghargai ilmu pengetahuan, perlu untuk dicermati tulisan Asma Hasan Fahmi (1979) a. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada. b. Orang yang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, yang berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan melebihi seseorang yang berperang di jalan Allah. c. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak diisi kecuali oleh seseorang yang alim lainnya. Ada penyebab khusus mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya bersumber dari Tuhan. Firman Allah: Tidak ada pengetahun yang kami miliki Kecuali yang engkau ajarkan kepada kami (Al-Ayat) Ilmu datang dari Tuhan, guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang islam bahwa ilmu tidak terpisah dari guru, maka kedudukan guru amat tinggi dalam islam. Al-Ghazali dalam Ihya’Ulumuddin,sebagaimana dikutip al-Abrasyi mengatakan:”Seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu. Dialah yang berkerja di bidang pendidikan. Sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, maka hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya ini.” Penyair Syauki telah mengakui pula nilai seseorang guru dengan kata-katanya, yang terjemahannya sbb: Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir merupakan seseorang rasul (utusan). Di dalam proses pendidikan yang berencana atau formal, proses ini mempunyai batas-batas kejelasan antara pendidik dengan anak didik. Karena pendidik itu sebagai warasatul ambiya’, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. Harus mengetahui terlebih dahulu apa yang perlu diajarkan. Kedudukannya sebagai pendidik mengharuskan dia mempelajari atau mendapatkan Informasi tentang materi yang akan diajarkan. b. Harus mengerti secara keseluruhan bahan yang perlu diberikan kepada anak didiknya. c. Harus mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan menghubungkan dengan konteks komponen-komponen yang lain secara keseluruhan. Islam sudah memberikan pola tentang bagaimana way of thingking dan way of live yang perlu dikembangkan melalui proses edukasi. d. Harus mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat. e. Harus dapat mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang dan sudah dilakukan. f. Harus dapat memberikan hadiah (tabsyir/reward) dan hukuman (tandzir/punnishment) sesuai dengan usaha dan daya capai anak didik di dalam proses belajar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 119: Sesungguhnya kami Telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.