Kamis, 23 Agustus 2012

LEBARAN AJANG SILATURRAHIM


Silaturrahim. Secara terminologi berasal dari kata silah = maknanya hubungan, Ar-Rahim maknanya pertalian manusia dari segi keturunan dan disebut juga kerabat atau keluarga. Secara etimologi silaturrahm adalah proses interaksi dengan sasama masnusia. Allah subhanahu ta’ala mewajibkan kepada kita semua untuk menghubungkan silaturrahim dan mengharamkan, memutuskannya dan menyuruh supaya sentiasa berbuat baik dan tolong-menolong dalam perkara-perkara kebaikan kepada semua manusia terutama kepada yang ada hubungan kekeluargaan ataupun kerabat .
Firman Allah di didalam surah An-Nisa’ ayat 36 :
" Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan jangan kamu sekutukan dia dengan sesuatu pun jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu-bapa dan kaum kerabat dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan jiran tetangga yang dekat dan jiran tetangga yang jauh dan rakan sejawat dan orang musafir yang terlantar dan jga hamba yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong takbur dan membangga-banggakan diri "

Abul Laits berkata: "Jika seorang itu dekat dengan kerabatnya maka hubungan kerabat itu berupa hidayah-hidayah dan ziyarah, jika tidak dapat membantu dengan harta, maka cukup dengan tenaga, jika jauh maka hubunginya dengan surat menyurat dan jika dapat mendatangi maka itu lebih utama. Ketahuilah bahawa silaturrahim itu mengandungi sepuluh keuntungan yaitu: Mendapat keridhoan Allah s.w.t. sebab Allah s.w.t. menyuruh silaturrahim, Menggembirakan mereka kerana ada hadis yang mengatakan bahwa seutama-utama amal ialah menyenangkan orang mikmin, Kegembiraan malaikat kerana malaikat senang dengan silaturrahim, Mendapat pujian kaum muslimin, Menjengkelkan iblis laknatullah, Menambah umur, Menjadi berkat rezekinya, Menyenangkan orang-orang yang telah mati kerana ayah dan nenek-nenek itu senang jika anak cucunya bersilaturrahim, Memupuk rasa cinta dikalangan kekeluargaan sehingga suka membantu bila memerlukan bantuan mereka, Bertambahnya pahala jika ia mati sebab selalu diingati kepadanya jika telah mati dan mendoakan kerana kebaikannya

Beberapa Tips Etika Bertamu
1.      Ucapkan Salam
2.      Minta Izin (Ucapkan Salam) maksimal tiga kali.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, Abu Musa telah meminta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya, "Mengapa kamu kembali?" Dia menjawab, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak ada jawaban, maka hendaklah kembali. (Shahih HR. Ahmad)
3.      Jika ditanya hendaknya menjawab dengan perkataan yang jelas
4.      Dilarang Mengintai Ke Dalam Bilik (Jangan menunjukkan sikap yang mencurigakan)
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi, lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu. (HR. Bukhari)
5.      Memahami Situasi dan Kondsi
Memahami situsi dan kondisi keadaan rumah yang dikunjungi, baik bagi orang yang bertamu, sehingga orang yang dikunjungi merasa tidak terganggu dengan kedatangan orang yang ingin bersilaturrahim, meskipun orang yang dikunjungi tetap menunjukkan sikap-sikap yang baik. Jika dirasa maksud dan tujuan sudah terpenuhi hendaknya bergegas pamit.
6.      Mengucapkan salam kepada shohibul bait bila telah berjumpa (Berpamitan)
hadits dari Abu Hurairoh bahwasanya ia berkata, Rasulullah bersabda, "Hak orang muslim kepada muslim yang lain ada enam perkara." Beliau ditanya "Apa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Jika kamu menjumpainya, hendaknya engkau menyampaikan salam kepadanya..."(HR.Muslim)

Tips Menerima Tamu
1.      Menjawab Salam
Dari Abu Hurairoh berkata: Saya mendengar Rosulullah bersabda: "Hak orang muslim terhadap muslim lainnya ada lima; Menjawab salam, Boleh menanyakan siapa namanya dan boleh menolak tamu" (HR. Bukhari)
2.      Menyambut tamu dengan gembira
Hendaknya shohibul bait menyambut tamunya dengan penuh gembira, wajah berseri-seri sekalipun hati kurang berkenan karena melihat sikap atau akhlaknya yang jelek. Dari Aisyah ia berkata: "Sesungguhnya ada seorang yang mints izin kepada Nabi. Ketika Nabi melihatnya sebelum dia masuk, beliau berkata: "Dialah saudara golongan terjelek,dialah anak golongan terjelek" Kemudian setelah dia duduk, Nabi berseri-seri wajahnya, dan mempersilakan padanya. Setelah lakilaki itu pergi, Aisyah berkata kepada Rosulullah: "Wahai Rosulullah ketika engkau lihat laki-laki itu tadi, engkau berkata begini dan begitu, kemudian wajahmu berseri-seri dan engkau mempersilakan padanya?" Maka Rosulullah bersabda: "Wahai Aisyah, kapan engkau tahu aku mengucap kotor? Sesungguhnya sejelek-jelek manusia di sisi Allah pada hari Qiamat adalah orang yang ditinggalkan manusia karena takut akan kejelekannya ". (HR. Bukhari)
3.      Menjamu Tamu Sesuai Kemampuan

Lebaran 1433 H sudah hampir habis, namun hubungan silaturrahim dengan memberikan rasa dan sikap pengasih dan penyayang antar sesama manusia harus tetap diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga konflik SARA dapat di minimalisir dengan baik. Semoga diklat ramadhan yang kemarin kita laksanakan dapat kita impementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan alhasil sertifikat takwa dapat kita raih dan Allah SWT mengangkat dan menambah tunjangan hidup di dunia sampai akhirat.

Selasa, 14 Agustus 2012

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


         Ada  pernyataan yang mengungkapkan bahwa “manusia baru dapat dikatakan sebagi manusia yang sebenarnya, bila ia ada dalam masyarakat”. Telah menjadi penghayatan kita bersama bahwa bayi sejak lahir sampai usia tertentu merupakan individu yang tidak berdaya. Tanpa bantuan orang disekitarnya ia tidak dapat berbuat apa-apa. Segala kebutuhan hidup bayi sangat bergantung kepada pihak lain. Terutama kepada orang tuanya, lebih khusus lagi kepada ibunya. Bagi si bayi keluarga merupakan segi tiga abadi (ayah, ibu, anak) menjadi kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenalnya.
            Pada perjalanan hidup selanjutnya dari masa balita, anak sekolah, remaja, sampai dewasa, keluarga tetap menjadi “kelompok pertama” (primery group) tempat meletakkan dasar kepribadian. Dalam keluarga, terjadi proses sosialisasi yaitu proses pengintegrasian individu kedalam kelompok sebagai anggota kelompok yang memberikan landasan sebagai makhluk sosial. Didalam keluarga itu terjadi proses pendidikan dalam arti proses “pendewasaan” dari individu yang tidak berdaya kepada calon pribadi yang mengenal pengetahuan dasar, norma sosial, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Oleh karena itu, keluarga ini juga merupakan “Lembaga Perpustakaan” bagi individu yang membantunya kedalam suasana yang makin mandiri. Keluarga sebagai kelompok inti  dalam masyarakat, sangat besar maknanya bagi tiap individu untuk menjadi makhluk sosial yang integrative sadar sosial (Sumaatmadja, 2000: 31).
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Immanuel Kant seorang filosof tersohor bangsa Jerman manyatakan: Manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia. Orang hanya dapat mengembangkan individualitasnya di dalam pergaulan sosial. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.
Dalam masyarakat terdapat berbagai jenis kelompok, baik berdasarkan mata pencaharian, letak geografis, warna kulit atau asal keturunan, dan lain-lain. Namun perbedaan-perbedaan tersebut bukan penghalang untuk mengenal orang dari kelompok sosial lain. Perbedaan sosial bukanlah sesuatu yang penting dalam agama Islam. Manusia harus bersikap adil. Allah hanya melihat derajat manusia dari ketakwaannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus berinteraksi dengan berbagai pihak.
Interaksi sosial akan menjadi lebih harmonis jika manusia saling mengenal karakteristik pihak lain. Dengan pemahaman ini manusia dapat  meramalkan bagaimana orang lain berfikir, merasakan dan berperilaku. Kemampuan untuk memahami karakteristik sosial ini dikenal dengan kognisi sosial, yang mencakup cara berfikir sesorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang memberi dan menghayati kemanusiaannya.

Kamis, 09 Agustus 2012

LAILATUL QADR


Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1], Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?, Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan, Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Al-Qadr: 1-5)
Apa yang dimaksud dengan lailatul qadar?. Pertama, qadar berarti ketentuan Allah yang berkaitan dengan hidup dan mati kita, suka dan duka kita, sehat dan sakit kita. Inilah malam ketika Tuhan menetapkan takdirnya bagi kita. Dalam Q.S. Al-Dukhan 3-4 Allah berfirman:
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.[2]

            Pada Lailatul Qadar malaikat turun untuk “menuliskan” takdir kita buat tahun berikutnya. Karena itu, dimalam itu kita dianjurkan untuk membaca do’a-do’a; seraya bermohon agar Allah menuliskan kebaikan buat kita. Salah satu di antara do’a itu ialah: “ya Allah, panjangkanlah usia ku, luaskan rezeki ku, sehatkan tubuhku, dan sampaikan aku pada harapanku. Jika aku sudah termasuk pada kelompok yang celaka, hapuskanlah namaku dari kelompok itu dan tuliskanlah aku termasuk kelompok yang berbahagia. Karena engkau berfirman di dalam kitab-Mu yang diturunkan kepada Nabi-Mu sang utusan SAW. Allah menghapus apa yang dia kehendaki dan menetapkan apa yang dia kehendaki dan pada sisi dia ada Ummul Kitab.
            Jawaban Kedua, “qadr”artinya kemuliaan, keagungan. Lailatul Qadar artinya malam keagungan, malam kemuliaan, the night of honors. Lailatul Qadar itu menjadi mulia karena ada peristiwa mulia yang terjadi padanya. Ada tiga kemuliaan yang terjadi di malam Qadar. Pertama, turun kitab suci yang mulia. Keagungan Al-Qur’an, yang melintas ruang dan waktu, membuat malam itu menjadi sangat istimewa. Kedua,Al-Qur’an turun kepada Nabi yang mulia, yang tanpa dia tidak akan diciptakan alam semesta. Ketiga, kemuliaan juga diberikan kepada mereka yang menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah dan amal shalih. Kerena itu, pada surah Al-Qadar yang tadi telah di baca pada awal kultum ini, kata lailatul qadar disebut tiga kali.


[1] yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.

[2] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.

Selasa, 07 Agustus 2012

MEMBERANTAS VIRUS MALAS MEMBACA


Membaca merupakan perintah Allah dalam ajaran Islam sebagaimana firman Allah dengan wahyu pertama yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW nabi akhir zaman melalui malaikat Jibril sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an pada Q.S. Al-Alaq ayat 1-5.
Pakar pendidikan ternama, Paulo Freire, pernah menyatakan bahwa malas membaca adalah virus yang meringkihkan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Malas membaca menjadi biang timbulnya penyakit kronis bernama kemiskinan dan keterbelakangan. Ia menyatakan demikian setelah menemukan bukti, tak sebuah Negarapun di dunia yang tumbuh menjadi Negara maju tanpa budaya baca yang kuat di belakangnya. Sebaliknya, seluruh Negara miskin dan terbelakang adalah Negara yang tidak memiliki budaya membaca.
Pembahasan mengenai minat baca, maka sudah sering  ditulis di berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dan diseminarkan, namun  masih saja  topik ini masih sangat manarik dibicarakan, hal ini disebabkan karena sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan Cinta Buku. 
            Hakikat membaca adalah hakikat untuk tahu. Tidak suka membaca berarti tidak mengembangkan pengetahuan. Bangsa yang tidak mengembangkan pengetahuan, sudah pasti akan menjadi bangsa  yang miskin ide dan inovasi. Pada akhirnya, “kemiskinan” itu akan membuat bangsa tersebut menjadi tidak produktif dan tertinggal dari bangsa lain dalam semua aspek kehidupan.
            Sayangnya, tak semua orang menyadari bahwa malas membaca adalah sebuah virus yang berbahaya. Keberadaannya sering di anggap sepele, dan bahkan diabaikan. Di banyak Negara, termasuk di Indonesia, malas membaca justru berkembang menjadi budaya, sementara kampanye gemar membaca tidak terlalu mendapat sambutan.
            Bangsa Indonesia sepertinya memang kurang akrab dengan bahan bacaan. Lihat saja saat orang-orang memiliki waktu luang di rumah, ditempat kerja, atau diperjalanan, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol, bermain, menonton televisi, atau tidur, dari pada membaca. Kondisi saat ini sangat berbeda dengan di Jepang dan Negara-negara Eropa, dimana buku menjadi sarana rekreasi utama bagi orang-orang yang sedang rehat.
Kondisi di atas tak lepas dari rendahnya budaya membaca di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir dari Acehtraffic.com (2012), memberitakan bahwa, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R Agung Laksono, persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca.
            Rendahnya budaya membaca seyogyanya dapat dijadikan peringatan dini bagi bangsa Indonesia, karena memiliki pertautan langsung dengan produktivitas. Tentu tidak sepenuhnya benar, menyimpulkan bahwa gemar membaca adalah satu-satunya factor yang dapat memajukan bangsa. Namun kita juga tidak bisa menafikan fakta bahwa kemajuan bangsa seiring dengan perkembangan tradisi literasinya. Makin gemar membaca suatu bangsa, makin tinggi tingkat kemajuannya, demikian pula sebaliknya.
            Namun kita tidak perlu berdebat, apakah gemar membaca yang menyebabkan kemajuan bangsa, ataukah kemajuan yang membuat orang makin gemar membaca. Keduanya adalah variable yang saling bergantung dan saling menguatkan satu sama lain. Yang paling penting bagi kita adalah segera memulai gerakan gemar membaca, sekarang juga.
            Perubahan sosial yang berlangsung sedemikian cepat sangat berdampak terhadap masyarakat, khususnya para mahasiswa baru. Mahasiswa baru adalah sosok manusia yang mempunyai impian besar tentang masa depan maka dari hal demikian. Sosialisasi gemar membaca adalah momentum penting untuk bisa membantu mahasiswa meraih impian. Dikatakan demikian, sebab sosialisasi membaca merupakan ajang dimana mahasiswa baru akan mendapatkan berbagai hal yang dapat mendasari langkah-langkahnya dalam menggapai suskes belajar diperguruan tinggi maka dari hal demikian Lembaga pendidikan formal (campus) harus terus melakukan kampanyenya kepada mahasiswa gerakan gemar membaca.
Faedah membaca bagi pribadi yang bersangkutan antara lain: dapat atau merupakan cara untuk mendalami sesuatu masalah dengan mempelajari sesuatu persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kecakapan, dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan, dan untuk mencari nilai-nilai hidup untuk kepentingan pendidikan diri sendiri.
Di samping pendapat di atas untuk meningkatkan dan menyadari akan kebiasaan membaca, tidak perlu membaca terlalu susah, cukup dengan membaca bacaan yang ringan dan mudah dipahami atau membaca buku tentang apa yang diperlukan itu sudah bagus. Minat baca masyarakat Indonesia yang tinggi akan mampu bersaing dengan cerdas terhadap bangsa lain. Melalui gerakan yang dilakukan secara sinergis, virus malas membaca diharapkan dapat diberantas tuntas.

Selasa, 24 Juli 2012

SEKOLAH EFEKTIF


            Dewasa ini boleh dikatakan bahwa masyarakat semakin merindukan keberadaan sekolah yang benar-benar memiliki kinerja tinggi, mampu mengembangkan kemampuan anak berprestasi tinggi dan berkepribadian baik, di dalamnya para guru dan pegawai bekerja dengan senang hati dan memiliki kepuasan kerja. Inikah sekolah yang di sebut efektif?
            Sekolah efektif atau sekolah unggulan (excellent School) berada dalam lapangan manajemen sekolah. Karakteristiknya menurut Edmonds (1979) (Beare, dkk, 1989) yaitu:
1.  Guru-guru memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah memberikan perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran.
2.      Guru-guru memiliki kondisi penghasilan yang tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi murid.
3.  Atmosfir sekolah yang tidak rigid (kaku), sejuk tanpa tekanan dan kondusif dalam seluruh proses pengajaran atau suatu tatanan iklim yang nyaman.
4.    Sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan mengusahakan efektivitas sekolah dengan energy dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
5.  Sekolah efektif menjamin kemajuan murid dimonitor secara periodik. Kepala sekolah dan guru-guru menyadari bahwa kemajuan prestasi pelajar berhubungan dengan tujuan pengajaran.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efisien. Sekolah efektif karena pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efisien ialah penggunaan sumber daya yang hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi pelajar tentunya dilihat dari absensi (kehadiran), tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan atau penyimpangan, dan hasil ujian Negara. Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efisien yang menjanjikan lulusan yang terbaik, keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dimiliki antar lulusan sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antar lulusan berbeda dari satu sekolah dengan sekolah lain.
Manajemen pengembangan mutu salah satu bidang manajemen peningkatan mutu sekolah dengan iklim yang baik juga harus dalam hal suasana kelas yang dikelola oleh guru dengan para murid, pendayagunaan sumber daya kelas, pemanfaatan alokasi waktu secara baik, dan keterlibatan guru secara baik dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
Kepemimpinan yang efektif oleh kepala dijalankan dengan menetapkan kerjasama dengan para guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang muaranya adalah lulusan yang berkualitas. Demikian pula para manajer atau kepala sekolah harus berfungsi sebagai bagian dari kerjasama dalam lembaga untuk menjamin perubahan dalam lingkungan pendidikan era kekinian.
Semakin terpenuhinya prinsip otonomi, transparansi dan akuntabilitas berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru, karyawan dan pihak terkait dengan sekolah semakin kuat komitmennya menjalankan program perbaikan mutu sekolah. Dengan demikian sekolah efektif harus menampilkan, yang menurut Beach dan Reinhartz (2000:64) ciri-cirinya yaitu:
1.      Efektivitas didasarkan kepada ukuran keberhasilan belajar siswa (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
2.      Pembelajaran siswa menjadi tujuan utama atau fokus pengajaran
3.      Sikap dan perilaku guru beserta staf adalah komponen kuci sekolah efektif
4.      Sekolah menerima tanggung jawab terhadap penguatan prestasi akademik siswa dan mereka percaya bahwa hal itu dapat dicapai dari pelajaran.
5.      Sekolah sebagai organisasi harus teruji secara holistik, bukan terpecah atau menjadi bagian terpecah dari seluruh komponennya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang efektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta didalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang efektif adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya manajeman dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah, dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan pegawai, orang tua siswa, komite sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik dan cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang afektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta di dalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang ekfektif adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya manajemen dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah, dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan pegawai, orang tua siswa, komite sekolah dan para siswa itu sendiri. Karena itu, sekolah-sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Setiap sekolah yang sedang mengusahakan menjadi sekolah efektif, perlu memperhatikan dan mewujudkan hal-hal di atas, agar masyarakat benar-benar mendapatkan haknya untuk tidak sekedar mudah masuk ke sekolah tapi sekaligus dapat memilih sekolah efektif yang diharapkan. Semakin banyak sekolah berkualitas, efektif atau unggul, maka percepatan pengembangan SDM di daerah untuk kompotitif antar satu daerah dengan daerah lain dalam era otonomi dan globalisasi semakin terpenuhi dengan baik dan cepat.


Kamis, 12 Juli 2012

LANDASAN ORANG UNTUK MARAH DAN BERSIKAP EMOSIONAL

Secara umum, ada beberapa dalih yang biasanya menjadi landasan orang untuk marah dan bersikap emosional yang tidak terkendali yaitu:

A.    Budaya atau latar belakang suku bangsa
B.     Gender (jenis kelamin)
C.     Harga diri
D.    Definisi kemenangan
Saya akan mencoba membahas satu demi satu dalih yang biasa menjadi alasan bagi seseorang untuk bertindak secara emosional lewat kemarahan yang tidak terkendali.
A.    Budaya atau latar belakang suku bangsa
Ada ungkapan suku bangsa tertentu atau budaya tertentu identik dengan sifat pemarah atau temperamental. Entah sejak kapan dan dari mana ungkapan itu berasal, yang pasi ungkapan tersebut telah menjadi brend  image bagi mereka yang berasal dari suku bangsa atau budaya tertentu.
Patut kita sadari, suku bangsa dan budaya adalah hasil cipta dan kereasi serta pemikiran umat manusia. Artinya kita manusia mempunyai kehendak bebas yang akan membawa pada tindakan, sifat, kreasi, dan prestasi tertentu dalam perjalanan kehidupan. Kehendak bebas temasuk bebas dalam memilih apa yang kita yakini dan apa yang akan kita jalani.
Disisi lain kita juga perlu menyadari bahwa yang namanya budaya tidak tercipta dalam semalam. Ia lahir dari sebuah proses waktu yang panjang sehingga mereka yang berbeda dalam komunitas budaya tersebut akan terpengaruh hingga ke pikiran bawah sadar.
Memang ada banyak sekali nilai-nilai luhur dalam kebudayaan yang dapat membawa kita masuk ke damaian dan keberhasilan hidup yang sekarang banyak diajarkan dalam berbagai teori motivasi. Namun, di sisi lain, ada juga nilai-nilai yang bermuara pada kemarahan, tindakan emosional hingga tindakan penghancuran, misalnya perang suku yang berujung kematian yang di dasari oleh niat untuk mempertahankan harga diri. Secara rasional, kita seharusnya dapat berfikir, apa keuntungan tindakan seperti ini. Seandainya saja, orang-orang yang bertikai mau berpikir secara rasional tentu efek-efek negatif kemarahan dapat diminimalisir bahkan ditiadakan.
B.     Gender (Jenis Kelamin)
Dalam kehidupan nyata, perbedaan jenis kelamin terkadang membuat orang berbeda dalam menyikapi hal-hal yang terjadi, termasuk dalam mengendalikan amarah. Kita semua tahu bahwa pria cendrung lebih mengendalikan amarah. Kita semua tahu bahwa pria cendrung lebih mengendalikan logika. Sebaiknya, wanita cendrung lebih  mengendalikan perasaan sehingga terkadang memberikan efek bias terhadap kebenaran yang sesungguhnya.
Mana yang yang lebih baik menurut pembaca? Jawabannya adalah tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk. Logika dan perasaan harus berperan secara bersamaan dan saling melengkapi. Pria sering kali di identitikan dengan pribadi yang kuat, tegas dan pantang menangis. Pandangan seperti ini secara tidak sadar telah memengaruhi sikap dan perilaku pria pada umumnya. Umumnya, para prialah yang mendominasi berbagai pertikaian dan perselisihan di dunia ini dan pandangan tadi kemudian membuat pria kerap bertindak tidak terkendali karena ingin terlihat kuat, tegar dan pantang menangis.
Kita sering melakukan tindakan emosional yang mengatasnamakan “saya pria, saya harus menang dan tidak boleh diremehkan!” dan akhirnya tindakan kita lebih banyak membawa kita pada penyesalan yang menyakitkan dan membuat diri kita malu dikemudian hari. Sebetulnya, ketika semuanya itu terjadi, semuanya akan kalah dan tidak akan mendapatkan apa-apa, seperti pepatah yang kita dengar “menang jadi arang kalah jadi abu”
Sekali lagi saya tegaskan, tidak ada alas an karena kita pria atau wanita, kita harus bertindak secara emosional yang membabi buta dan berujung pada kemarahan dan akan berumuara pada penyesalan. Kita dapat membuat pilihan dan Tuhan telah menciptakan kita dengan begitu luar biasa dengan kemampuan menimbang dan mempu menilai apakah suatu tindakan itu baik atau buruk, berguna atau tidak berguna.
C.     Harga Diri
Harga diri merupakan kecendrungan seseorang dalam memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, mampu dan memiliki keunggulan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang mendasar. Dalam bukunya “manage your mind for success” Adi Gunawan mengatakan bahwa harga diri seseorang akan menentukan semangat, antusiasme dan motivasi diri. Harga diri adalah salah satu penentu prestasi dan keberhasilan. Singkatnya, harga diri menjadi kekuatan yang sangat luar biasa alam menjalani dan memperjuangkan kesuksesan hidup seseorang. Harga diri diibaratkan bensin yang siap mengobarkan semangat hidup seseorang, namun disisi lain harga diri juga dapat menjadi air yang memadamkan langkah perjuangan seseorang dalam meraih sukses. Hal ini bisa terjadi karena persepsi yang keliru dalam menetapkan harga diri. Buktinya, harga diri kerap menjadi landasan utama seseorang untuk melakukan tindakan emosional. Misalnya ketika sedang marah, ada orang yang berujar, “enak saja aku mengalah. Dimana harga diri ku? aku akan beri ia pelajaran setimpal perbuatannya pada ku!” hal seperti ini patut disayangkan sebab orang tersebut tidak mengetahui dengan benar apa arti harga diri yang sesungguhnya. Ia berfikir harga diri akan didapatkan jika orang lain mau mengakui dan memahami dirinya. Akibatnya, ia cendrung melakukan pemaksaan kepada orang lain agar mau mengakui dirinya. Hal ini akan semakin diperparah lagi jika ia mengalami berbagai bentuk tekanan dari lingkungan.
Ada suatu analogi menarik bila kita melihat sebuah batu besar disebuah sungai. Batu itu perlahan-lahan akan terkikis dan mengecil bahkan sampai hancur lebur karena arus air melewatinya secara terus menerus. Artinya ketika akan mengaktualisasikan harga diri kepada orang lain, kita tidak perlu melakukan tindakan emosional yang tidak terkendali. Pengakuan harus di perjuangkan bukan dipaksakan, karena orang yang kita paksa untuk mengakui lewat tindakan yang cendrung emosional itu menghendakinya. Pengakuan harga diri bisa juga kita dapatkan dari hasil dan prestasi kerja keras kita. Ingat kita tidak mungkin membuat semua orang senang kepada kita. Dan, sebaliknya, tidak semua orang dapat membuat kita menjadi senang dan setuju kepada meraka.